Jumat, 08 Maret 2013

Tanah Embau Palak - Palak Embau Tanah

Sabtu, 09 maret 2013. hampir tujuh tahun aku tak dapat memandang wajah tegar itu dan  mendengarkan cerita menarik dari perjalanan hidupnya mendiang Ne'anag (kakek laki-laki).  hanya terkadang bayangannya terlintas di kepala, ketika semerbak aroma tanah menyeruak masuk  ke lubang hidung.

Ada banyak hal yang aku kagumi dari sosok beliau, sosok penyabar yang tekun dan ulet.  menghabiskan sebagian besarnya hidup sebagai petani  jauh dari keramaian yang sebagian besar orang mungkin menjadi hal yang berat untuk di lakoni.
Untuk orang yang baru mengenal beliau mungkin tak mengira kalau beliau adalah seorang Petani, perawakannya yang tinggi dengan kulit putih kemerah-merahan sedikit tidak mencerminkan kalau beliau adalah seorang petani.

Satu hal lagi yang saya kagumi dari sosok beliau yaitu Ne'anag selalu memegang prinsip hidupnya yang kokoh. hidup sebagai petani bukan berarti tidak bisa sukses, "tidak saya sekarang, maka anak cucuku nanti yang akan menikmatinya" kata beliau. dan itu jalan  hidup yang  telah beliau pilih meski "Tanah Embau Palak- Palak Embau Tanah" (Tanah bau kepala dan kepala bau tanah).
mendengar cerita-cerita beliau semasa hidupnya serasa membuat semangat ini bangkit, menepis semua rasa gengsi yang selalu menghalangi.


Terkadang timbul rasa penyesalan, ingat aku selalu menyia-nyiakan masa-masa ketika beliau masih ada. tidak menunjukkan rasa berbakti yang tulus dari seorang cucu untuk kakeknya. dan timbul perasaan malu sebaliknya ketika ingat begitu besar perhatian beliau terhadap saya. apalagi untuk sepotong buah Apel saja belai relah berbagi utukku, hal yang terlambat untuk aku sadari. sekarang hanya ada sesal dan rindu.

Ketika aku mencium aroma tanah lembab di areal pemakaman mu maka aku langsung ingat akan senyum , senyum seorang lelaki tegar semasa hidupmu. 




1 komentar: