Senin, 18 Maret 2013

Seni & Budaya Daerah Lintang IV Lawang




Terdapat banyak kesenian didaerah Lintang Empat Lawang, tetapi sayang telah banyak kesenian yang tidak terlihat lagi, karena banyak kaum muda didusun tidak mau belajar, bukan tidak mungkin kesenian khas lintang akan habis di telan zaman, sekarang pemuda-pemudi dusun lebih senang nyanyi lagu modern, bila belajar kesenian daerah sendiri kata mereka ketinggalan zaman, kita bisa melihat ketika ada yang menikahkan anak, kesenian yang ada hanya organ tunggal, karaokean, ditambah lagi mabuk-mabukan, itu bukan merupakan kebudayaan kita, tanpa panjang lebar lagi akan saya coba kupas yang pertama:



          Ado banyak kesenian di daerah kito Lintang Empat Lawang, anyo sayang lah banyak kesenian nyo nedo tekinak agi, karno banyak bujang gadis di dusun nendak agi belajar, bukan nedo mungkin kesenian khas daerah Lintang abis di telan zaman, embak kini Bujang gadis dusun galak a, nyanyi nyanyi nyo modern, bilo belajar kesenian daerah dewek uji o ketinggalan zaman, kito pacak kinai bilo dang ado nyo ngantenkan anak, kesenian nyo ado cuma organ tunggal, karaokean, ditambah agi mabuk mabuk an, nah ini bukan budayo kito, nah nedo panjang lib'ar agi kami cobo kupas nyo pertamo :






1. NGURIT (GURITAN)

          Kesenian Guritan, sekarang sudah tidak ada lagi di dusun, telah lenyap ditelan gelombang zaman, jika kita bertanya  kepada anak muda didusun kini, maka mereka akan menjawab tidak tahu apa itu guritan.

          Guritan, kesenian zaman dulu yang menceritakan tentang nenek puyang, biasanya menceritakan peperangan, berebut kekuasaan, kisah dengan pacar antara putra dan putri raja, yang menggunakan kesaktian, strategi dan lain-lain, cerita ii percaya atau tidak tetapi buktinya sampai sekarang masih ada peninggalannya, seperti: batu bersejarah di dusun batu Pance, dan ada nama Lubuk Siluman dan lain-lain.

          Kesenian Guritan ini, biasanya diadakan pada acara menikahkan anak, sejak dipihak rumah calon istri mengundang orang yang bias bercerita Guritan ini, yang menonton dan mendengar ramai sekali, biasanya cerita guritan ini menghabiskan waktu paling tidak 3 sampai 4 jam. Kadang sejak sore sampai subuh, biasanya dia bercerita ini sambil memegang Gerigek yang tidak ada isinya, sambil mengalunkan irama Lintang empat lawang, sambil diikuti syair, pantun-pantun yang lucu, yang ada maknanya, ini syair yang sering di nyanyikan:

         

"Bukan bae Simpai bebaju abang

Burung Kedubu abang pulo

Bukan bae ngindu kemambang

Cera'i bekundang kemambang pulo"



Itulah sekilas tentang kesenian Lintang (GURITAN), mudah-mudahan orang tua di dusun masih ingat tentang guritan ini, bisa mewariskannya dengan anak-anak muda,



2. ANDAI – ANDAI

Kesenian Andai-andai sudah tidak terdengar lagi di dusun, orang di dusun lebih senang nonton TV, dan mendengar radio.Sebenarnya, andai-andai hamper sama saja dengan guritan, Cuma ceritanya lebih ditekankan dengan khayalan, seperti cerita seribu satu malam, tentang cerita Abu Nawas. Kalau di dusun lakon ceritanya lucu, ini yang disenangi oleh anak kecildi dusun dulu, biasanya kakek atau nenek yang bercerita sebelum cucunya tidur.


3. BEREJUNG

Kesenian Bujang Gadis dusun yang sedang mabuk kepayang dilanda cinta, berejung ini identik dengan perpaduan pantun diiringi Gitar tunggal, biasanya irama dan syairnya menyayat hati, kiasan dan bahasanya halus, ibarat membayangkan bagaimana bujang mau menemui gadis, sambil duduk di beranda atau di anak tangga belakang rumah, di petik gitar tunggal sambil menyanyikan syair-syair yang meratap. 

Ini syair-syair yang sering terdengar:



Jak Selamo di Seleman

Gajah Tagoring kayek Timbuk

Jak Selamo Linjang ngan dengan

Ado Sebulan nedo benyawo



Nak Kayek ayam papilu

Dang ngerham telhro o duo

Kapo dengan nak balik kami milu

Tinggal sug'rha nemak asonyo


Kedalak kedali dali

Burung tiung belago tigo

Amon galak kebilo agi

Nunggu setaun la lamo igo


Ketapang kayu nyeraye

Gadis nyemulung ngambin ayek

Ngelombang la lemak bae

Nga gai rupu'an nani balik.


4. BAJIDUR (NABUH JIDUR)

Bajidur, atau Nabuh Jidur ini dilakukan oleh suatu group Kesenian Jidur terdiri dari 6 orang bujang bujang ( kalau di betawi sedikit mirip dengan Tanjidor).

Pada umumnya Kesenian ini disaksikan para bujang bujang dan orang tua, dengan duduk melingkar di ruang tengah didalam rumah, juga disaksikan para gadis gadis dengan cara mengintip dari ruang belakang, sambil menyiapkan makanan-makanan kecil untuk orang yang bejidur tersebut.


Dari ke 6 orang tadi mendapat tugas masing masing sebagai berikut :

1 Orang Nabuh jidur

2 Orang Nabuh Ktipung

1 Orang nabuh gong

2 Orang bedanah


Kesenian ini biasanya dilaksanakan seminggu sebelum perayaan pesta perkawinan penganten berlangsung. Dilakukan pada malam hari sebagai pertanda bahwa seorang warga akan mempunyai hajat merayakan pesta perkawinan anaknya, dimana harinya sudah ditentukan dengan mengumpulkan family, sahabat dan kenalan dekat untuk mempersiapkan egala sesuatu yang diperlukan untuk hari pesta nanti.

Misalnya, dekorasi (aesan) yang di kerjakan oleh bujang dan gadis secara bergotong royong yang menjadi semboyan “ado gawean mintak digawekan ado makan mintak dimakani, sekaligus nyerahkan ka’aguan”.


Disinilah kesempatan bujang dan gadis menjalin hubungan, dengan harapan kapan kita menyusul seperti teman yang akan menikah ini.

Pelaksanaan Bajidur ini yaitu, si penabuh Jidur mendendangkan lagu – lagu, beriramakan lagu lagu Qosidah dengan mengunakan syair jenaka, sindiran-sindiran pantun seperti kata berejung.


Setelah beberapa bait syair di iramakan maka diikuti oleh 2 orang penabuh ketipung dan 1 orang pemukul gong dan dilengkapi dengan 2 orang bedanah yang lenggang lenggoknya sesuai dengan irama yang didendangkan.

Kalau anda melihat dan mendengarkannya, tentu akan tersiruk (tercengang), aduhai sudah tua ingin menjadi muda lagi.

Nah itulah sekilas seni budaya Bajidur di daerah Lintang Empat Lawang, seni budaya ini sejak tahun 80 an sudah sangat jarang terlihat, memasuki tahun 90 an bahkan sudah menghilang sama sekali.


5. Seni Tari

Sebenarnya masih sangat banyak Seni Budaya daerah Lintang IV Lawang, namun karena keterbatasan informasi yang kami dapatkan, hanya beberapa seni yang dapat kami tampilkan, nah pada akhir topic bahasan seni budaya ini, kami coba menampilkan seni tari daerah Lintang IV Lawang. Yang kondisinya sama dengan Seni-seni yang lain, makin ditinggalkan oleh generasi generasi sekarang, banyak orang Empat Lawang yang tidak tahu bahwa sesungguhnya Lintang IV Lawang itu memiliki juga seni tari, diantaranya ;


Tari Gegerit :



Pelakunya,

Dimainkan / ditarikan oleh 7 orang Putri

Pelaksanaan,

Tarian ini dilakukan sewaktu penyambutan tamu dalam upacara adat maupun

Upacara penganten, yang dilakukan dipintu gerbang.


Tari Sanggan Sirih :

Pelakunya,

Tari ini dimainkan oleh beberapa orang, disesuaikan dengan ruangan yang ada.

Pelaksanaan,

Tarian ini dilaksanakan dalam acara hiburan, setelah acara resmi dibuka, maka

tamu ikut menari, dan para penari khusus yang membawa selendang, untuk di

kalungkan kepada tamu yang disenanginya untuk diajak sebagai pasangannya

menari. 


Tari Piring :

Pelakunya,

Tari ini dimainkan oleh 2 orang penari

Pelaksanaan,

Tarian ini dailakukan sebagai bentuk keterampilan, yang pelaksanaannya pada

acara adat atau upacara penganten



Redap Kelentang :

Pelakunya,

Pemainnya sebanyak 5 orang yaitu, 1 orang pemain redap, 1 orang pemain

kelentang, 1 orang pemain gong dan 2 orang pesilat.

Pelaksanaan,

Seni ini dilakukan dalam upacara penganten, sebagai tanda adanya pesta

Pernikahan atau pesta peresmian pertunangan (nunggu tunang).

Demikian sekilas Seni Budaya daerah Lintang IV Lawang, yang sebagaian telah musnah, kami (penulis) sangat berharap kepada Pemda Kabupaten Empat Lawang, memberikan perhatian kepada kesenian yang pernah ada di daerah Empat Lawang, ditumbuh kembangkan lagi, sehingga dapat dijadikan sebagai objek wisata, bahkan lebih dari itu, agar para generasi penerus anak bangsa mengenali seni budaya daerah mereka…….semoga

 

7. Seni Bela Diri/ Kuntau


Sejarah Kuntau



Menurut Yamin yang merupakan orang Lintang mengatakan bahwa kuntau Lintang 4 Lawang berasal dari Tebing Tinggi yaitu sekitar tahun 1890-an Gindo Kintang (almarhum) yang merupakan orang Lintang, pergi ke daerah Tebing Tinggi yang kemudian belajar ilmu beladiri kuntau kepada Jaya (almarhum) yang merupakan orang daerah Gu Aras, Tebing Tinggi. Pada tahun 1895-an Gindo Kintang kembali ke daerah Lintang 4 Lawang, yang kemudian mengajarkan ilmu baladiri kuntau kepada orang-orang Lintang yang salah satu muridnya adalah Muin (almarhum), yang kemudian juga mengajarkan kuntau di Lintang dan salah satu murid Muin adalah Mat Diyas (almarhum), Mat Diyas juga mempunyai beberapa murid yang salah satunya adalah Mat Demiri (almarhum). Mat Demiri juga mengajarkan dan menyebarluasskan ilmu beladiri kuntau dan mempunyai beberapa murid yang salah satunya adalah Mat Jay (almarhum). Mat Jay mempuyai beberapa murid yaitu diantaranya adalah Marlen, Dit, Tohar, Muslim, sampai sekarang.


          Kuntau merupakan ilmu beladiri yang dijadikan orang – orang Lintang sebagai salah satu kebudayaan Lintang, karena dulu ilmu beladiri kuntau merupakan salah satu sarana dalam mempererat tali persaudaraan, membela dan menjaga diri dari serangan musuh. Kuntau banyak disenangi oleh kaum muda karena dalam ilmu beladiri kuntau, selain mendapat teknik – teknik menyerang, menangkis dalam melumpuhkan musuh juga mendapatkan amalan – amalan ilmu tenaga dalam yaitu ilmu meringankan tubuh seperti berdiri diatas daun dan berjalan diatas air pada saat menyeberangi sungai, Ilmu menghilang (Silam) seperti pada saat terdesak dalam menghadapi banyak musuh dalam sekejap dapat menghilangkan diri dari kepungan musuh, Ilmu kebal berupa kebal senjata api, kebal senjata tajam, kebal tembung batu, selain itu ilmu sambut angin yaitu menangkap dan melumpuhkan musuh secepat angin. Contoh salah satu amalan kuntau yaitu Waman Takun Birrosullah, Nusro Tuhul Intal Tuhul, Kosdu Fi Ajamiha Tajum, amalan ini digunakan untuk menghindari diri dari serangan musuh, baik yang halus (gaib) maupun yang kasar (nyata).


Sumber : http://forumlintangempatlawang.blogspot.com

2 komentar:

  1. aku tertarik belajar budaya lintang soalo bapangku jemo lintang tapi endo kuan nak belajar ngan sapo :)

    BalasHapus
  2. aku pengen ngenalkan budaya lintang ngan jemo di palembang, apolagi aku anak teater. jadi pengen nian maen teater bertema budaya empat lawang :)

    BalasHapus