Kamis, 07 Maret 2013

Latar Belakang Terbentuknya Lintang IV Lawang

Pada zaman Kerajaan Sriwijaya (Palembang) abad ke 19 tata cara hidup dan kehidupan orang-orang pada waktu itu secara berkelompok-kelompok atau bersuku-suku dalam persaingan merebut kekuasaan sehingga timbul permusuhan dan pertentangan kekuasaan sehingga terjadi perang besar-besaran diantara Kerajaan-kerajaan dan suku kelompok-kelompok tersebut. Dalam peperangan masih terkenal dengan mempergunakan tentara bayaran, setelah beberapa tahun terjadi peperangan beberapa diantara suku-suku Kerajaan tadi terlantar dan tidak menentu bertebaran dimana-mana, mencari nafkah kehidupan dengan cara bercocok tanam mencari daerah yang subur dengan menelusuri hulu-hulu sungai dari sungai yang tersebar sampai-sampai kehulu sungai yang terkecil. Diantara sungai-sungai yang tersebar yang diselurusi itu adalah Sungai Komering, Sungai Ogan, Sungai Lematang dan Sungai Musi.

Nah dari sinilah permulaan dari suku-suku kelompok orang-orang bermukim secara terpencar-pencar, dengan membentuk kelompok keluarga kecil mendirikan rumah-rumah kecil yang disebut dangau, berkelompok beberapa buah dangau yang disebut betalang. Kelompok-kelompok ini lama kelamaan berkembang dan membentuk kelompok yang lebih besar lagi yang dinamakan Dusun.

Selanjutnya ditinjau dari latar belakang sejarah tersebut dan meneliti secara adat istiadat dan bahasa yang dipakai sehari-hari dapat dipastikan bahwa bahasa daerah yang sekarang ini dipergunakan berasal dari nama-nama sungai yang telah ditelusuri oleh orang-orang yang bermukim di sekitarnya. Misalnya Bahasa daerah Komering berasal dari nama Sungai Komering, Bahasa daerah Ogan berasal dari nama sungai Ogan, Bahasa daerah Pasemah Lematang berasal dari nama sungai Lematang, dan bahasa daerah Lintang IV Lawang berasal dari nama Sungai Musi dan Sungai Lintang.

Dari masing-masing bahasa daerah tersebut logat dan tata keramahannya berbeda-beda berdasarkan daerah-daerah yang ditelusuri sungai-sungai tersebut. Bahasa daerah Lintang IV Lawang sendiri mempunyai tiga nama bahasa daerah, misalnya di Kecamatan Tebing Tinggi daerah yang ditelusuri Sungai Musi berbahasa dengan berakhiran ? (NEDE), sedangkan di Kecamatan Padang Tepong ada khusus disebuah kampung/dusun yaitu Karangdapo berbahasa dengan nada berakhiran ?? (NEE), dan di Kecamatan Pendopo dan di Kecamatan Muara Pinang bahasa daerah dengan berakhiran O (NEDO). Dengan demikian bahasa daerah tersebut besar sekali kaitannya dengan aliran sungai yang dilewati.


Sumber : http://www.ikl4l.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar