Senin, 13 April 2015

Keunikan Rumah Panggung Di Lintang Empat Lawang

Rumah panggung dan rumah Limas adalah ciri khas rumah rumah yang ada di Propinsi Sumatera Selatan, unik dan sangat menarik.

Begitu juga Rumah–rumah yang ada di Lintang Empat Lawang yang umumnya adalah rumah panggung, yaitu rumah yang terbuat dari kayu dengan tiang Penyangga dengan luas mencapai 400 sampai 1000 meter,  dan di kerjakan oleh tukang khusus.

Konsep rumah panggung sebenarnya memiliki skenario antisipasi dan pencegahan. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa konsep rumah panggung adalah bangunan berkaki dimana dasar bangungan diangkat ke atas sehingga tidak menyentuh tanah. Jarak lantai bangunan dari tanah sekitar 3 meter.

Dahulu kala rumah panggung di konsep oleh generasi kakek nenek kita agar hunian mereka terhindar dari bintang liar, banjir dan gempa.
Kebanyakan rumah–rumah panggung ini telah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Bentuk rumah tersebut dapat kita lihat di setiap pelosok kabupaten Empat Lawang.
Sebagaimana di daerah lain di Sumatera Selatan rumah–rumah panggung ini mempunyai beberapa bentuk dan disesuaikan dengan kedudukan dan status ekonomi si pemilik rumah.

Rumah panggung merupakan suatu simbol untuk suatu budaya Lintang Empat lawang yang terdahulu secara turun temurun diwariskan oleh nenenk moyang, dengan desain dan disesuaikan dengan kondisi alam pada masanya dibangun dengan sedemikian rupa untuk di gunakan dan dimanfaatkan sesaui kebutuhan saat itu.
Tentunya Rumah panggung memiliki sejarah tersendiri, dan memiliki arti dalam setiap simbol simbol yang dibangun, seperti halnya kita membangun sebuah rumah, pasti kita akan membuat rumah dengan memperhitungkan apa yang kita bangun, dari segi atap, pondasi hingga lantai.

Kemudian dalam hal bangunan yang dipakai untuk membangun rumah panggun ini, seperti dinding, lantai, serta pintunya menggunakan kayu meranti atau cempaka. Sementara untuk tiang rumah pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air.
























Pada umumnya Rumah Panggung Empat Lawang memiliki 4 ruang utama, yang terdiri :
1. Ruang depan, pada ruang ini terdapat satu kamar, biasanya kamar ini diperuntukan untuk anak bujang, juga terdapat ruang untuk berkumpul teman temannya.
2. Ruang tamu utama, ruangan ini cukup besar, ruangan ini dipergunakan untuk menerima tamu, dan juga dipergunakan untuk berkumpul keluarga.
3. Ruang tengah, pada ruang ini terdapat kamar tidur untuk anak gadis, serta kamar orang tua.
4. Ruang belakang, pada ruang ini terdapat, dapur, ruang makan, serta keperluan untuk mencuci keperluan untuk memasak yang disebut gaghang. Bahan baku gaghang biasanya terbuat dari Bambu, ini dimaksudkan karena bambu lebih tahan lama terkena air dari pada kayu.

Sedangkan untuk keperluan mencuci serta mandi, sebagian besar masyarakat Empat Lawang memanfaatkan sungai, sebagian masyarakat juga yang menyediakan tempat sendiri untuk MCK. Biasanya tempat MCK ini terpisah jauh dengan bangunan utama, pada tempat ini terdapat sumur, wc serta tempat untuk mandi dan mencuci. Pada ruangan bawah rumah, biasaya dimanfaatkan untuk gudang hasil panen kopi atau lada, kandang ternak seperti ayam, bebek dan itik, juga digunakan untuk menyimpan kayu bakar (Salangan Puntong).
Ciri khas lain yang biasanya ada di rumah panggung di Empat Lawang adalah Kolam/ Bak air yang dibangun di dekat tangga depan rumah, ini berfungsi sebagai penampung air tempat cuci kaki sebelum menaiki tangga.

Hal menarik dari rumah panggung ini konon menurut cerita dari nenek, rumah ini dapat di pindahkan/ geser tanpa membongkar rumah tersebut, dan dahulu ada sebagian atap rumahnya di buat dari potongan papan yang disusun sama halnya seperti pemasangan genteng, hebat bukan..

Rumah panggung memang unik. Namun, tetap saja model rumah seperti ini menghadapi tantangan. Sampai saat ini, persoalan bahan baku kayu menjadi masalah utama. pembabatan hutan yang tak terkendali dan kurangnya kesadaran generasi kita untuk mengganti hutang yang di tebang membuat keberadaan bahan baku rumah panggung juga menjadi ancaman.

Jumat, 10 April 2015

Rindu Mudik (Balek Dusun)

Jadi seorang perantauan  mudik itu merupakan moment yang sangat di tunggu-tunggu dan menyenangkan, sedetail mungkin setiap peristiwa yang ada di kampung halaman akan menjadi rekaman yang menarik untuk di putar kembali di masa yang akan datang.
Setiap kali kembali ke sini saya selalu merasa kembali ke akar saya. bagaimanapun 100% darah yang mengalir di tubuh saya berasal dari sini. seperti pepapatah  "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya". 


Kata Mudik diserap dari kata "Udik" yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita oleh sebab itu entah anda tinggal dirumah mewah yang bernilai ratusan milyar Rp ataupun bermukim di Amsterdam ataupun Hollywood sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik sekalipun juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik, kampung halaman itu bagi kita sama seperti juga "surga". Pada saat tersebut saya merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung halamannya.
Mungkin anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan battere.


Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman rasa kasih dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan kembali kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita.
Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktur maupun pengusaha, ketika dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.
Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan kita lagi.
Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota yang jauh disana pada hari Lebaran dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga, serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.
Nah, sekarang apa sih istimewanya si kampung halaman ini sampai banyak orang yang merantau (khususnya orang Lintang Empat Lawang) sering kangeeen, pengen pulang ke kampung halaman (Mudik), pokoknya berasa spesial dan indah banget dah kampung halaman itu .. termasuk saya yang juga lagi kangen sama kampung halaman.  

Bagi kita putra putri asli Lintang Empat Lawang ada banyak alasan  yang mungkin membuat kita selalu merindukan kampung halaman/ dusun  ketika berada di peratauan... 

Badan pegal serasa hilang jika melihat tugu penanda batas desa yang kita tuju telah terlihat, semua keletihan sepanjang jalan seolah manis terasa saat melihat halaman rumah, apalagi disana ada Bapang dan Umak telah terlihat menunggu, inilah sensasi yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata, ya inilah asa yang selalu di tunggu tiap tahun, kembali ke kampung halaman, mengumpulkan keping kenangan di masa lalu..

Suasana dan hal apa saja sie yang menyambut kita ketika pulang ke Lintang Empat Lawang ..?



Kelokan Nikat (Lematang)

Berlokasi di kotamadya Pagar Alam dan merupakan Akses Utama yang di lalui untuk mencapai  wilayah Lintang Empat Lawang (Empat Lawang). Saya ingat waktu pertama melewati jalan ini  saya baru berumur 8 tahun, dan ini merupakan momok yang menakutkan setiap kali bus yang saya tumpangi berkelok merayap di jalan ini.. 




 Gunung Dempo & Perkebunan Teh

Naahh... kalo ini merupakan tempat wisata favorit bagi masyarakat empat lawang, dengan jarak tempuh yang dekat dan disini disuguhkan panorama yang very-very beautiful.. 



 Jembatan Gantung Desa Remantai

Di wilayah sumatera selatan, yang umumnya di lintasi sungai-sungai besar, jembatan gantung masih menjadi jalur perlintasan yang masih banyak di pakai.. 
saya agak ngeri ketika naik jembatan gantung ini. tapi teman-teman saya kala itu dengan entengnya menghina-dina saya… dengan kebulatan tekad akhirnya saya dapat mengumpulkan keberanian untuk melewati jembatan sakaratul maut ini..




 Sungai Lintang & Sungai Musi 

Foto ini  kiriman dari teman, saat ini sungainya memang  surut. tapi dulu saya pernah dua kali hanyut dan hampir jadi tumbal siluman buaya  di sungai ini, hahaha...  : Dan ketika balik di sini saya kembali mengenang masa kecil yang sedang berenang telanjang di sungai ini. untung waktu itu media dokumentasi blom sebanyak sekarang, kalo ada pasti sudah saya pajang di blog ini... Upppss  maaf, saya tarik omongan saya barusan, ntar blog ini dituduh melanggar UU ITE..






 Suasana Perkampungan dengan Rumah Panggung

Memasuki wilayah Empat Lawang dengan pemandangan kiri kanan jalan  rumah-rumah panggung.



Perapian Dapur

Saya jadi teringat ketika kecil dulu belajar menghidupkan perapian ini dengan cara meniupnya memakai bambu. Dengan memakai kayu bakar ini, Emak saya gak perna khawatir dengan kelangkaan minyak tanah dan gas. tinggal mengumpulkan kayu bakar di hutan.

Nah ini juga pentiiiing..... jangan lupa kalau yang orang tuanya di kampung halaman & kita merantau....mereka menunggu kita loh gan, sis.....harapan mereka pasti bisa ketemu anak-anaknya, cucunya, berbagi waktu bersama walau cuma sebentar...memeluk kalian yang dulu sering mereka peluk, mereka gendong, mereka cium.... di usia senja mereka mereka pasti butuh teman untuk menghangatkan hati mereka, mengisi waktu tua mereka..... 



My Endung, Bapang, Brother & Sister

Faktor makanan juga punya andil penting dalam hal kangen kampung halaman ini. Banyak orang yang ga terbiasa atau terpaksa membiasakan diri dengan makanan di perantauannya.... jadi kalau pulang kampung bawaannya kalap pengen ngelahap kuliner khas kampung halamannya...
Ini makanan khas kota kelahiran saya ..

Kenangan ama mantan, gebetan, cem-ceman
Ga usah di komeng ah yang poin ini mah, you know what i mean lhaaa.....

Tidak dipungkirin pasti banyak orang yang kangen sama temen-temen di kampung halaman mereka.... temen-temen yang dulu selalu menemani saat kita bahagia, sedih, baru putus, baru jadian, yaaah banyak hal yang bakal membekas dalam ingatan tentang temen dan sahabat kita.... 

Itulah sedikit cerita tentang Moment Mudik ke kampung halaman, yang mungkin tidak sebagus dan serapi kampung-kampung anda. Hehehehe…. tapi setiap kampung halaman mempunyai tempat tersendiri di hati.

Semoga tahun ini untuk Mamang, Bicik, Uwak, Adeng, Kakak yang mudik di manapun berada, bisa pulang ke Dusun masing-masing dengan selamat, menikmati kehangatan suasana kampung yang tak bisa dirasakan di tanah perantauan.

Salam ..



Kabupaten Empat Lawang, hampir 90 % desa desanya ada di pinggir sungai, sungai sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Empat Lawang, tempat untuk mandi, cuci serta kebutuhan untuk air minum. Dengan tergantungnya masyarakat Empat Lawang pada sungai, dimana desa desa ada di seberang sana dan sini, yang akhirnya dibuatlah jembatan gantung untuk menghubungkan desa seberang dengan desa seberangnya. Pada gambar ini kami coba menampilkan salah satu jembatan gantung yang ada di Empat Lawang, tepatnya jembatan gantung di dusun / desa Lubuk Puding Kecamatan Ulumusi. Jembatan gantung ini di bangun dari zaman penjajahan Belanda dahulu, hingga sekarang jembatan gantung ini masih kokoh. Jembatan ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan, terutama dengan landasannya yang hanya terbuat dari papan/kayu. Read more: http://forumlintangempatlawang.blogspot.com/2007/12/jembatan-gantung.html#ixzz3IFocj7Yt

Make money by copying the best: http://bit.ly/copy_win
Kabupaten Empat Lawang, hampir 90 % desa desanya ada di pinggir sungai, sungai sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Empat Lawang, tempat untuk mandi, cuci serta kebutuhan untuk air minum. Dengan tergantungnya masyarakat Empat Lawang pada sungai, dimana desa desa ada di seberang sana dan sini, yang akhirnya dibuatlah jembatan gantung untuk menghubungkan desa seberang dengan desa seberangnya. Pada gambar ini kami coba menampilkan salah satu jembatan gantung yang ada di Empat Lawang, tepatnya jembatan gantung di dusun / desa Lubuk Puding Kecamatan Ulumusi. Jembatan gantung ini di bangun dari zaman penjajahan Belanda dahulu, hingga sekarang jembatan gantung ini masih kokoh. Jembatan ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan, terutama dengan landasannya yang hanya terbuat dari papan/kayu. Read more: http://forumlintangempatlawang.blogspot.com/2007/12/jembatan-gantung.html#ixzz3IFocj7Yt

Make money by copying the best: http://bit.ly/copy_win