Jumat, 08 Maret 2013

Tradisi Yang Harus Di Pertahankan Atau DiTinggalkan

Tulisan ini adalah hasil sebuah perenungan dari menghadiri setiap pesta pernikahan dikampung halamanku. 
Dalam tradisi pernikahan di kampung halaman saya (Empat Lawang), sebuah pertunjukan panggung musik yang di tujukkan untuk kaum Muda Mudi itu adalah seperti sebuah keharusan.


 Prosesi acara pernikahan di Lintang Empat Lawang khususnya dan di Indonesia umumnya, dewasa ini memiliki kesamaan dalam menghidangkan hiburan bagi tetamu yang datang yaitu: organ tunggal dengan penampilan Biduan yang berpakaian seronok dan seksi. Lagu-lagu yang diperdengarkan pun tidak kalah menariknya dan terbaru baik jenis pop, rock, slow rock, dlsbnya. Suara yang dikeluarkan oleh alat musik elektronik canggih tersebut kadang melebihi daya tangkap/dengar dari telinga dengan maksud memperlihatkan begitu semaraknya pernikahan si tuan rumah.

Tetapi tulisan ini bukan untuk menyorot cara berpakaian dan jenis lagu yang dibawakan para biduan tersebut tapi lebih luas dari itu, yaitu dampak buruk yang datang setiap kali di adakannya pesta pernikahan dengan acara musik seperti ini selalu mengundang berbagai permasalahan dan pengaruh buruk.

 Perkelahian dan mabuk-mabukan itu adalah hal biasa yang selalu muncul ketika di adakannya pesta pernikahan tersebut. bukan di sini saja pengaruh buruk yang di datangkan, dalam pesta ini semua muda-mudi tidak membatasi berapa umur muda-mudi tersebut, semua datang layaknya sekumpulan semut mengerumuni gula. tidak menilai apakah totonan tersebut pantas untuk mereka atau tidak.
Anak SD, SMP, SMA semua berbaur, dan disini pulahlah mereka konotasikan sebagai moment mencari pacar.



Sebaiknya kita sama-sama mencermati nilai-nilai kepatutan yang mencerminkan budaya Daerah ini, memanglah pesta Musik  itu budaya kita, tapi Pesta Musik yang bagaimana yang mencerminkan budaya daerah kita tersebut, apakah penampilan Biduan yang seronok seperti foto diatas sudah mencerminkan budaya kita yang sesungguhnya, kenapa pertunjukan seperti itu bisa lolos dari pengawasan Orang Tua khususnya, aparat dan mayarakat umumnya.

2 komentar:

  1. saya juga suka risih liat acara dangdutan di nikahan gitu, biduannya pake baju seronok, belum lagi goyangannya ga sopan. saya sih berharap Event Organizernya bisa lebih bijak, jangan terlalu seronok lah gitu. tapi kayanya susah yaa, udah jadi semacam "tradisi"...kayanya acara nikahan tanpa dangdut erotis itu bagai sayur tanpa garem, huh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaa... yang makin jadi salah kapra, ketika yg empunya pesta beranggapan bahwa acara musik gituan merupakan parameter derajat kemampuan dalam masyarakat (Jaga gengsi). kelak ku berharap masyarakat bisa mengubah gaya pandang mereka tersebut, dan bisa lebih arif dan bijak dalam mengadakan pesta yang meriah tanpa membawa dampak buruk.

      Hapus