Selasa, 27 September 2016

Ngetrip Lampung - Bengkulu (membelah bukit barisan)

Sabtu, 10 September 2016

Mudik. Satu kata yang selalu jadi perbincangan kawan-kawan di perantauan menjelang Lebaran atau Liburan panjang. Begitu juga lebaran idul adha kemarin, lebaran idul adha tahun ini saya sekeluarga (keluarga kecil, lebih tepatnya) memutuskan untuk pulang lebaran sekaligus liburan.

Satu bulan sebelum lebaran pun, keputusan mudik  merupakan keputusan final. Ada banyak hal  yang harus kami pertimbangkan ketika memutuskan untuk mudik, mulai dari urusan jadwal kerja, tanggal berangkat, lama mudik dan tentunya biaya mudik apalagi mudik kali ini di prioritaskan dalam rangka Liburan. jadi kami memutuskan lebaran kali ini menempuh rute perjalanan agak panjang yaitu : Lampung - Empat Lawang - Bengkulu - Manna - Kota Agung - Bandar Lampung.

Dengan kebulatan tekad beserta iringan doa, akhirnya perjalanan kami dimulai  pukul 17.00 wib start karang anyar, Lampung Selatan, deg-degan juga  awalnya, karena perjalanan kali ini pake mobil tua (Kijang Jantan tahun 90), hanya agak tenang setelah ingat petuah dari empuh montir bengkel ketika memeriksakan ni mobil, beliau bilang kalo mobil ini meski tua tapi sehat & meyakinkan untuk di gember dalam perjalanan jauh.

Meski tahun belakang saya perna mudik dengan mobil sedan tua (Twincam 91), tapi saya lebih yakin dengan Performa mobil itu ketimbang dengan mobil sekarang Kijang Jantan 90. 

Baru jalan satu jam, Sekitar pukul 18.00 kami berhenti di sekitar Bandar Jaya Lampung Tengah untuk mengabadikan perjalanan di Tugu Kopiah Emas, sekaligus istirahat makan malam. setelah merasa cukup istirahat perjalananpun dilanjutkan kembali, membelah malam provinsi lampung sambil melantunkan  iringan musik pop tahun 80-an.


Masih di Wilayah Lampung, tiba di Kota Bumi Lampung Utara pukul  21.00,  isi kembali tangki bahan bakar dan lanjut perjalanan, meski sedikit terhambat perjalanan karena lampuh tembak yang padam, tapi baik kembali setelah di otak atik sedikit kabelnya.
bagi saya menempuh perjalanan malam lebih asyik dibandingkan perjalanan siang, ya meski harus berjuang melawan rasa kantuk waktu menyetir. tetapi menikmati perjalanan malam dengan sebotol kopi, sebungkus rokok dan alunan lagu pop tahun 80-an itu merupakan sesuatu keasyikan sendiri.

Meninggalkan Wilayah Provinsi Lampung, memasuki wilayah Batu Raja  Perjalanan  lebih di dominasi oleh hutan Kecepatan mobilpun ku turunkan dari 80 km/jam turun ke 60 km/jam, melihat jam tangan menunjukkan pukul 03.00 subuh, dan keadaan jalan yang kurang bagus. aku putuskan untuk berhenti istirahat sebentar di SPBU sembari menunggu kakak yang katanya pulang juga dan posisi sedang ada di belakang kami.

Tak lama hanya sekitar lima belas menit Kakak menyusul, setelah ngobrol sebentar akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalananan.


Minggu, 11 September 2016 


Pukul 06.00 pagi, Matahari masih rendah sudutnya ketika kami memasuki kota Tanjung Enim,  terlihat menyembul pucak Bukit Serelo atau bukit telunjuk yang menjadi icon kota ini.  melihat ini penumpang dibelakang  langsung melongo ke depan buat mendokumentasikan view ini. 




Setelah memasuki wilayah  pagar alam, kami putuskan untuk istirahat cuci muka dan sebagainya di Sungai lematang, dan sembari sarapan nasi lemang yang di jual di pinggir jalan.






Setelah mata segar & tenaga pulih perjalanan dilanjutkan ke Kebun Teh Gunung Dempo, dan berikut reportasenya;


















Senin, 12 September 2016 


Moment di hari raya idul adha, kali ini bisa kompak, foto bareng dulu sehabis sholat id dengan Ayahanda, Kakanda & Adinda, hehehe...  cuma ini yang saya dokumentasikan, kebanyakan acara makan, jadi tidak sempat foto-foto lagi


Selasa, 13 September 2016

Habis berbenah dan bercakap cakap sebentar dengan keluarga,  pagi ini perjalanan kami lanjutkan ke kota bengkulu, mendapat bekal & sedikit wejangan dari umak & bak, tak lupa pelukkan hangat serta sedikit cucuran air mata, akhirnya kami melambaikan tangan beranjak meninggalkan kampung halaman tercinta "LINTANG EMPAT LAWANG". 

Sesampainya didaerah Kepayang, jalanan mulai berkelok-kelok pertanda sudah memasuki lintas kelok sembilan, artinya ini sudah sangat dekat dengan perbatasan Kota Bengkulu. 
memasuki kelok sembilan, tanjakan menurun dan suhu hutan lindung disepanjang Bukit Barisan lumayan dingin,  kami berhenti sejenak sekedar makan mie rebus dipinggir jurang yang begitu viur pemandangannnya.   dari kuah mie yang mendidih tidak sampai lima menit  mie habis kami lahap, panasnya mie sudah tidak berasa dibanding suhu yang ada disana,  bukan mendung bukan pula Hujan. Kebayang ‘kan dinginnya?











Menuruni bukit barisan akhirnya masuklah ke kota Bengkulu. Secara keseluruhan Kota Bengkulu adalah kota yang nyaman. Tidak terlalu besar tetapi semua fasilitas tersedia. Tidak pula terlalu padat kendaraan bermotor. Yang lebih mengesankan, banyak tinggalan kolonial Inggris (bukan Belanda) yang masih terawat apik.  Bengkulu yang juga disebut Bencoolen menarik hati Kolonial Inggris pada tahun 1685-1825. Setelah kalah bersaing dengan VOC di Jawa, pangkalan baru IEC jatuh ke Bang Kulon atau Bencoolen atau Bengkulu yang berarti pesisir barat. Penguasa-penguasa Inggris kemudian bekerjasama dengan penguasa lokal, membangun benteng dan juga perkotaan. Termasuk juga Thomas Stamford Raffles, pernah menghabiskan waktu bersama istrinya di pesisir tersebut. Hingga akhirnya berdasarkan Traktat London, Inggris harus menyerahkan Bengkulu kepada Belanda untuk ditukar dengan Singapore. Selanjutnya Raflles meninggalkan pesisir barat dan mengembangkan daerah Tumasik atau Singapura. Konon katanya, alasan kenapa Inggris rela melepas Bengkulu adalah karena malaria dan gempa.

Langsung ke Tujuan Wisata Pantai Panjang - Benteng Malborough. 



Mapir di Benteng Marlborough, benteng ini merupakan benteng pertahanan Inggris yang didirikan pada rentang tahun 1714-1718 dengan ukuran panjang 240,5 m dan lebar 170,5 m atau sekitar 44.100, m². 













Menghabiskan sore hari sembari menunggu penampakan sunset di Pantai Panjang sepadan dengan Perjalanan yang kami tempuh,  dan setelah seharian menghabiskan waktu di Bengkulu kami memutuskan untuk menlanjutkan perjalanan setelah habis waktu magrib. perjalanan pulang menuju lampung melewati Manna - Bintuhan - Pesisir Barat - Krui - Kota Agung.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 hujan gerimis sepanjang jalan. ketika beristirahat  di lesehan pinggir jalan yang masih wilayah bengkulu selatan beberapa penduduk lokal menasehati agar kami menginap saja di Manna, sebab jalur manna - bintuhan sedang tidak aman untuk dilewati pada malam hari. 
Perjalanan adalah soal mengenal keterbatasan diri sendiri. saya tidak perna terkendala dengan refleks di malam hari. Juga soal peforma. tapi seandainya harus menghadapi situasi antara hidup mati ya tinggal berserah dengan yang di atas.. hehehe.. maka dengan tekad bulat saya tetap putuskan melanjutkan perjalanan malam sendiri, kepikiran juga si bawah mobil tua ehh tiba-tiba mogok di tengah jalan tanpa ada penduduknya. (kebayangkan)


Rabu, 14 September 2016 

Manna - Bintuhan, Sendiri tampa lalu lalang kendaraan yang lewat di tengah malam, aku tetap menikmati perjalanan dengan suguhan kopi & sebungkus rokok melewati kawasan hutan dan pesisir pantai.  Aku lihat istri & anak serta Pengasuh anak sudah lelap tertidur, kecapaian seharian di bengkulu. 

Jam 03.00 subuh Memasuki Taman Nasional Bukit Barisan Selatan wilayah Tanggamus, dimulai dengan Tanjakan Tebing Batu, Way Manullah, di Pekon (Desa) Rata Agung Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat Lampung (perbatasan Lampung—Bengkulu) di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). tanjakan 90 derajat membuat mesin mobil meraung sampai mengeluarkan aroma sangit.  menghadapi kondisi ini sopir mesti harus handal dalam mengoper gigi & perseneling, satu kesalahan bisa berakibat fatal. tapi alhamdulillah medan ini akhirnya bisa dilewati. Menuruni bukit TNBBS aku memperlambat laju mobil menikmati segarnya udara hutan.  Jalan berliku dan menyempit di beberapa tempat jalan rusak berlubang. Di kiri kanan tumbuhan-tumbuhan hutan yang tidak saya ketahui jenisnya. Tidak banyak kendaraan yang kami jumpai, baik yang searah atau yang berlawanan arah.

Jalan yang menembus tnbbs pada dasarnya mulus dan berliku liku. Naik dan turunnya tidak curam dan tidak dihiasi jurang di kanan kirinya. Hanya di awalnya saja, yaitu di tanjakan sedayu tanjakan yg harus ditempuh sedikit curam, namun masih mampu di libas oleh Jantan 90. Dibeberapa tempat, terdapat kerusakan bekas longsoran, atau pohon yang rubuh. Riding di jalur ini siang hari sangat menyenangkan. 

Taman nasional bukit barisan selatan merupakan hutan tropis yang membentang di bukit barisan seluas 350.000 ha, membentang dari liwa sampai kota agung. Didalamnya terdapat keragaman hayati termasuk berbagai tanaman obat dan bunga raflesia. Berbagai fauna juga mendiami hutan ini, mulai dari gajah, harimau sumatera, monyet dan berbagai fauna lain. Kelebatan hutannya semula merupakan sumber air bagi beberapa kabupaten yang berbatasan. Namun perambahan hutan secara ilegal telah merusak hutan secara signifikan dan menimbulkan potensi banjir pada kabupaten kabupaten tersebut.....

Tahun 1998 an, jalan lintas tnbbs ini masih berupa jalan tanah, dan sungainya belum berjembatan. Motor yang hendak melintasi medan itu harus diberi rantai pada bannya, walau di musim kemarau sekalipun. Lebatnya hutan tnbbs menyebabkan tanah selalu dalam keadaan basah. Anda akan terhambat untuk mencapai pantai tanjung setia di krui. Akibatnya anda akan terpaksa singgah di pekon (dusun) setelah bengkunat. Dan singgah di pekon sekitar situ ditahun 1998-1999 adalah sebuah kenekatan, terlebih di pekon ngambur serta ngaras. Penduduk kedua pekon tersebut terkenal ganas karena menganut ilmu racun, yang harus digunakan membunuh orang bila tidak mau racunnya berbalik menyerang diri dan keluarganya.......

Namun kini cerita cerita semacam itu telah banyak berkurang seiring membaiknya jalur jalan menembus tnbbs. Orang bisa berkendara dari kota agung menuju krui selama 4 jam sehingga tidak perlu singgah di kedua pekon tersebut. Jalan lintas barat yg melalui tnbbs bahkan kini terkenal sebagai jalur teraman di lintas lampung. Tentu saja hanya di siang hari. Di malam hari, tidak seorangpun berani memberi jaminan....

Setelah melintasi naik dan turun Bukit Barisan, kami menjumpai pemandangan pantai berpasir putih dan laut biru dengan ombaknya yang besar menghantam tepian pantai. (07.00) Tiba di Muara Tembulih di pesisir Lampung Barat.



















Nah kalau sudah melewati turunan sedayu jalannya dominan mulus walaupun ada beberapa titik yang rusak. Diturunan itu kami tiba sekitar jam satu siang, dan terus ngacir hingga akhirnya tiba di Bandar Lampung dengan selamat jam  4 Sore. 

Hidup adalah rangkaian keputusan yang harus kita buat sepanjang perjalanan menuju al-haud. Tidak semua hal bisa kita dapatkan karena keterbatasan kita sebagai mahluk. Yang terpenting adalah kalian memahami kemana tujuan hidup kalian, dan memahami hal apa yang paling penting dari alternatif yang kalian hadapi. Sehingga ketika harus memilih, pastikan kalian memperoleh alternatif yang penting bagi tujuan hidup kalian, dan melepas hal yang tidak penting.

Senin, 11 April 2016

Live Simple, Sederhana itu Indah

"Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana." Demikian sabda Nabi Muhammad SAW dalam riwayat Imam Ahmad. Hadis ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. Dan, prinsip kesederhaan ini tidak hanya terucap melalui kata-kata tetapi juga mengejawantah dalam laku keseharian beliau.

Menurut Ibnu Amir, Rasul menaiki keledai berpelanakan kain beludru dan dibonceng pula. Sering menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan dari seorang budak, mengesol sandalnya, menambal pakaiannya, dan mengerjakan pekerjaan rumah bersama istri-istrinya.

Pendidikan karakter sederhana memerlukan contoh dan tauladan. Terutama sekali dari orang tua dan orang dewasa yang ada di lingkungan keluarga. Namun menerapkannya tidak semudah mengucapkannya. Perlu waktu dan kebiasaan serta pandangan terhadap pola hidup sederhana. 


Banyak hal yang menentukan seorang bersikap hidup sederhana. Salah satunya adalah persepsi terhadap makna sederhana itu sendiri. Seorang pejabat eselon misalnya, sudah merasa hidupnya sederhana. Namun masyarakat menilainya sudah hidup mewah dengan segala fasilitas yang dimilikinya. Ada kendaraan dan rumah mewah serta fasilitas lainnya.

Seorang petani yang hidup di desa merasa hidupnya sederhana. Rumah sangat sederhana, mempunyai motor yang masih layak pakai. Pergi pagi pulangnya sore dari sawah atau ladang. Makan dengan lauk dan sayuran apa adanya. Penghasilan dari bertani hanya cukup memenuhi kebutuhan harian dan membiayai pendidikan anak.

Begitu pula seorang pegawai rendah yang berpenghasilan pas-pasan untuk hidup sehari-hari. Tidak memaksakan diri untuk memiliki sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga. Dengan demikian akan terhindar dari beban pikiran berat karena sudah merasa cukup dengan apa yang diterima dan dimiliki.

Mungkin seeseorang akan menilai petani dan pegawai rendah seperti ilustrasi di atas tidak mempunyai motivasi kuat untuk hidup lebih bagus. Selalu mengalah dan tidak merasa gengsi ketinggalan materi dari orang lain.

Sebaliknya, pola hidup seperti petani dan pegawai rendah, bagus untuk diterapkan. Kenapa? Orang yang hidup sederhana dan merasa qanaah (cukup dengan apa yang dimiliki) biasanya lebih tenang dan nyaman menjalani hidup. Yang dipikirin hanyalah kebutuhan hidup minimal, terutama sekali kebutuhan pokok ( pangan, sandang dan papan). Tidak banyak memikirkan hutang ini hutang itu. Cicilan kredit ini dan itunya.

Jadi, hidup sederhana itu indah dan membuat pikiran nyaman. Memiliki kemerdekaan yang hakiki dalam hidup. Tidak banyak ancaman dan tekanan dari pihak luar. Tidak banyak pikiran (bukan berarti tidak berpikir) karena memang tidak memungkinkan untuk berpikir yang rumit-rumit.

Alangkah indahnya hidup sederhana. Betapa nyamannya hidup tanpa banyak beban pikiran yang menghimpit. Tidur enak meskipun di rumah yang sederhana. Makan dengan pakan nasi cabe dan garam mungkin terasa lebih nyaman. Mungkin….barangkali…

Jumat, 01 Januari 2016

Situs Purbakala & Peninggalan Kuno Di Empat Lawang

Terkait erat dengan daerah Lahat dan Pagar Alam yang banyak memiliki situs purbakala, begitu juga dengan Empat Lawang yang masih terikat dalam satu wilayah Provinsi Sumatera Selatan,  hal ini terkait di temukannya beberapa arca & dolmen & naskah kuno yang ada di Empat Lawang, adapun peningalan-peninggalan sejarah tersebut adalah :

1. Tujuh Batu Megalit

Baru-baru ini ada Tujuh batu megalit berbentuk arca manusia dalam berbagai ukuran ditemukan di areal hutan lindung di Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Empat Lawang, Sumatera Selatan,
Batu megalit berbentuk manusia dalam berbagai ukuran mulai dari anak-anak hingga manusia dewasa ini berada di satu lokasi, dan letaknya terpencar di atas lahan seluas sekitar satu hektare di kawasan perbukitan di perbatasan Sumsel dengan Provinsi Bengkulu.


                                                      (Gambar Ilustrasi)

Selain ditemukan patung, di daerah itu juga terdapat gua batu berukuran lebar 2 meter dengan tinggi sekitar 2,5 meter. Tidak diketahui secara pasti kemungkinan adanya megalit lainnya, mengingat daerah itu jarang didatangi orang.

Jarak yang harus di tempuh untuk sampai ke lokasi adalah  empat jam dengan berjalan kaki dari Desa Talangpadang ke lokasi situs tersebut, dengan menjelajah hutan belantara dan perbukitan,"

Patung batu itu ada yang berbentuk seorang wanita, anak-anak, dan laki-laki dengan posisi berdiri tegak.Diperkirakan batu megalit itu sudah berumur ribuan tahun, dengan tinggi antara 1 hingga 1,7 meter dan kondisinya masih utuh dan sayangnya sampai saat ini belum ada dokumentasi lengkap tentang ketujuh arca ini.

2. Dolmen

Penemuan megalith jenis dolmen ini sudah lama di temukan oleh warga di Kecamatan Pendopo dan kecamatan Muara Pinang Kabupaten Empat Lawang. Dolmen yang ada di Kecamatan Pendopo berada di Dusun Gunung Meraksa lokasinya di belakang MTs Al Khoir di tempat perkebunan warga.



Dolmen atau meja batu merupakan tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen itu biasanya sering ditemukan kubur batu. Di Sumatera bagian selatan dolmen memang sering ditemukan.

Kemungkinan masih banyak peningalan-peningalan lain yang di temukan oleh warga, hanya saja di karenakan belum adanya penelitian jadi  tidak pernah di ceritakan oleh masyarakat dusun dan terekspos ke publik apalagi karena banyak masyarakat yang belum mengerti.

3. Kapak Batu

Perna tanpa sengaja ketika  surfing jelajah ke situs olx.co.id dan mampir di wilayah transaksi  Empat Lawang, saya menemukan hal  menarik, yaitu iklan yang menjual kapak batu. entah dari mana si pengiklan mendapatkan kapak batu tersebut tetapi saya yakin kapak batu tersebut juga berasal dari Empat Lawang, hal ini beralasan karena wilayah Empat Lawang banyak peninggalan-peninggalan megalitikum. Tetapi sangat di sayangkan apabila barang prasejarah ini di perjual belikan dan keluar dari wilayah empat lawang sebagai salah satu kekayaan peninggalan kuno.


Kapak Batu adalah sebuah batu yang mirip dengan kapak,  tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam. Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas, dalam ilmu prasejarah disebut chopper artinya alat penetak. betuk Batu tersebut dipahat memanjang atau diserpih sehingga berbetuk lonjong.


4. Naskah Kuno


Tim Survei Aksara Lokal Balai Arkeologi Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) menemukan Dua naskah kuno di Pendopo Lintang, Kabupaten Empat Lawang.
Untuk meneliti lebih lanjut naskah kuno tersebut telah di turunkan tim peneliti aksara hurup ulu beranggotakan empat orang saat melakukan penelitian di lima kabupaten/kota sejak 12 April lalu.

                                                                    (Gambar Ilustrasi)

Dua naskah ini  ditemukan tepat di Desa Lingge,Kecamatan Pendopo,Empat Lawang. Isinya tentang bercocok tanam dan mengusir hama tanaman.
Memang untuk menemukan berbagai peninggalan bersejarah berupa aksara ulu dibutuhkan waktu dan melalui pendekatan terhadap masyarakat. Sebab peninggalan ini tidak semua orang menyimpan dan sifatnya hanya koleksi saja, pencarian berbagai benda bersejarah ini bisa dilakukan dengan mendatangi sejumlah “Dusun Tua”. Kemudian bisa juga di daerah pusat marga dan orang-orang yang menjadi elite pemerintahan pada zaman itu.