Senin, 24 Juni 2013

Fenomen Jejaring Sosial di Masyarakat Lintang Empat Lawang

Facebook, Twitter, Google+, Yahoo Mesenger, dll, setidaknya Siapa sih yang tidak kenal atau minimal pernahlah mendengar istilah ini? Dapat dipastikan jika seseorang itu berasal dari generasi 60-70-an sampai saat ini, pasti sudah pernah mendengar bahkan sangat sering mengetahui hal ini. Atau jangan-jangan justru Anda salah seorang yang memiliki semua akun tersebut? Ya, Jejaring sosial telah menjadi fenomena yang luar biasa dalam ranah dunia maya.

Oleh karena itu, jejaring sosial ini hakikatnya merupakan ajang pertemanan yang tansemuka alias tidak bertemu secara langsung antarindividu yang beraktivitas di dalam jejaring tersebut. Pendeknya, kemajuan teknologi internet telah mengubah pola hidup masyarakat di Indonesia bahkan telah muncul budaya siber (cyber cultur). Facebook, Twitter, saat ini bukan lagi sekedar ajang pertemanan belaka. Medium ini telah merambah pada sisi-sisi lain dari kehidupan manusia.

Jumlah penduduk Indonesia yang banyak menjadi pasar yang “menjanjikan” bagi facebook dan korporasinya. Maklum, kelas bawah pun sekarang asyik ber-facebook ria. Tanpa kasta, tanpa kelas, semua dapat mengakses facebook dengan membuat akun di internet. Apalagi teknologi internet saat ini dapat bergerak (mobile) dan fitur facebook hampir dapat ditemukan pada telepon selular (ponsel) keluaran baru. Orang tidak perlu lagi ke warnet atau repot-repot menenteng laptop kalau ingin ber-facebook-an.

Nahh.. kali ini kita akan bahas fenomena jejaring sosial di masyarakat Lintang Empat Lawang. Misalnya Fenomena facebook, bagaimanapun menarik untuk dicermati, dari anak SD sampai Ne'anang- Ne'ino (Kakek - Nenek), facebook sudah seperti bagian dari aktifitas keseharian mereka, dan yang menariknya disini, mereka dapat bercerita, berbagi kabar dengan menggunakan logat/ bahasa daerahnya. tidak sampai disini saja, masyarakat Lintang Empat Lawang yang merupakan daerah yang baru beberapa dekade memulai pemekarannya ini, begitu mahir dan ahli dalam memanfaatkan  semua fitur-fitur yang ada di facebook ini, mulai dari group facebook, fanspage, aplikasi dll.


Saya contohkan group facebook yang menjadi komunitas tempat berkumpulnya orang-orang Lintang Empat Lawang di Facebook ; "Jemo Lintang Pulo", "An-Ra-Pu-Lin", "Porsimel" dll.
Fanspage ; "Lintang Dusunku", Lintang Empat Lawang", Yopie Lintang" dll.
di Group facebook ini si Admin memberikan kabar berita tentang perkembangan apa saja yang menjadi trend di daerah Lintang Empat Lawang, dan anggotanya dapat mengikuti dan memberikan komentarnya seputar  berita-berita menarik di  Lintang Empat Lawang.

Tapi hal lain dari munculnya facebook dalam kehidupan masyarakat Lintang Empat Lawang yaitu mengenai isi atau konten dari setiap akun facebook yang dimiliki oleh para individu. hasil pengamatanku pribadi sebagian besar facebook atau para penggunanya yang diistilahkan facebookers, isi atau konten akunnya dikategorikan sebagai “sampah”.

Mengapa demikian? Hal ini didasarkan pada isi para facebookers yang menggunakan akun palsu serta tidak berbobot alias tidak bermutu. Hal ini hampir sama dengan survei yang pernah dirilis tentang penggunaan internet.  Pengguna facebook juga lebih tertarik untuk mencari situs-situs yang tergolong “sampah” dengan porsi terbesar pada soalan pornografi, sara dan sejenisnya.
 Akun facebook di Lintang Empat Lawang  pun,  cenderung berisi hal-hal yang ringan. Artinya, medium tersebut belum dioptimalkan sebagai wahana edukasi atau wahana lain yang lebih menguntungkan, baik secara materi maupun secara nonmateri.

Saya contohkan Group facebook yang memiliki muatan negatif di dalamnya " SIAPO CALON BUPATI EMPAT LAWANG YANG DI SUKAI", group facebook ini beranggotan para simpatisan fanatik dari calon Bupati masing-masing yang di dukung, banyak kata-kata serta hujatan yang  terlontar tanpa etika di komentar-komentar tiap akun. Hal ini karena facebook memiliki karakteristik serba bisa dan serba boleh. Bisa artinya, siapa pun orangnya, apakah ia Pemulung, apakah ia pengusaha, apakah ia pejabat, apakah ia mahasiswa,  bisa menjadi atau mendaftar menjadi anggota di dalam akun ini. Oleh karena itu, siapa pun bisa menjadi pelanggan facebook. Ada yang jualan, ada yang membuat tausiah, ada yang menjadi motivator. Pendek kata, apapun bisa dilakukan di dalam akun ini bergantung pada tujuan yang diingini oleh para facebookers.

Lalu bagaimana kaitannya dengan boleh? Pada sisi inilah yang agak krusial. Setiap yang diunggah di dalam akun facebook seseorang boleh apa saja. Benarkah demikian? Tampaknya ini yang masih perlu diketahui oleh para pengguna facebook. Tidak semua konten boleh diunggah begitu saja. Banyak rambu-rambu yang harus benar-benar dipahami oleh mereka para pengguna jejaring sosial facebook.

Rambu-rambu yang dimaksud tentu saja yang berkaitan dengan norma hukum positif yang ada. Salah satu norma hukum yang perlu dicermati misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Keberadaan UU ini memang pernah diperdebatkan terutama saat terjadi kasus pencemaran nama baik sebuah rumah sakit internasional di Jakarta yang diduga dilakukan oleh Prita Mulyasari. Dugaan tersebut dilakukan melalui internet alias curhat by inet. Kasus ini sempat ramai di ranah publik Nasional sehingga pernah muncul advokasi untuk Prita dengana label “Koin untuk Prita” karena yang bersangkutan dinyatakan bersalah dan harus membayar sejumlah denda. Inilah salah satu kasus yang menegaskan bahwa terminologi “boleh” harus tetap dalam batas yang sesuai dengan aturan yang ada. 

Pada dasarnya, teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindari. Akan tetapi, jangan kita lalu diperbudak oleh teknologi. Facebook termasuk salah satu temuan abad ini yang luar biasa. Bahkan konon, sang penemu facebook pernah diusulkan untuk memperoleh hadiah Nobel. Oleh karena itu, pandai-pandailah membawa diri di dalam jejaring sosial ini. Telah banyak kasus yang bersifat pelanggaran baik pidana maupun perdata gara-gara akun facebook ini. Sudah saatnya kita belajar dari pengalaman di tempat lain. Saat ini globalisasi telah merambah ke dalam kamar-kamar kita. Dunia tanpa sekat lagi. Mobilitas informasi bahkan manusia tidak perlu lagi dilakukan secara fisik.

Silsilah Keluarga Besar Puyang Renjasin

Perna tidak kalian bertanya-tanya dari mana asalnya orang-orang yang mendiami daerah Lintang Empat Lawang..?
Menjawab sedikit dari pertanyaan itu maka kali ini saya akan memposting silsilah dari keturunan Puyang Renjasin.
Puyang Renjasin adalah puyang yang mendiami daerah di Lintang Empat Lawang, yang kemudian menghasilan keturunan yang turun temurun  menyebar di daerah Lintang Empat Lawang.

Istilah Puyang ini sendiri adalah di peruntukan bagi Leluhur atau nenek moyang dari keturunan yang ditelusuri (yang "puncak" dari segitiga keturunan). yang dipercaya merupakan cikal bakal terbentuknya suatu marga.

Gambar bagan silsilah puyang Renjasin ini di maksudkan supaya setiap keturunan dari Puyang Renjasin dapat mengetahui siapa dan bagaimana hubungan keluarga yang di milikinya dengan sesama keturunan puyang Renjasin.

klik gambar untuk memperbesar.









Sumber : http://renjasin.wordpress.com/


Warga Cemaskan Banjir Lahar Susulan



MUARA PINANG – Warga desa, khususnya petani di tiga desa, yakni Desa Lubuk Tanjung, Sapa Panjang, dan Talang Baru, Kecamatan Muara Pinang, Kabupaten Empatlawang, cemas dan khawatir adanya banjir lahar dingin susulan.
Hal itu disebabkan beberapa hari lalu lahar dingin yang disertai material pasir dan batu dari Gunung Dempo yang mengalir melalui Sungai Ayik Bayau menghantam puluhan hektare kebun kopi milik warga di kawasan tersebut. Meskipun tidak ada korban jiwa, karena lokasi permukiman yang cukup jauh, kerugian materiil dialami petani. Sebab, kebun dan sawah yang terhantam lahar dingin rusak.
Camat Muara Pinang Suryadi Husein mengatakan, meskipun tidak ada korban jiwa, para petani di kawasan tersebut khawatir terjadi banjir lahar susulan yang lebih besar. Akibat kejadian beberapa waktu lalu saja, dampaknya sudah puluhan hektare kebun kopi dan sawah milik petani yang rusak. Menurut Suryadi, jika terjadi banjir susulan dengan volume yang lebih besar, dikhawatirkan dampaknya akan semakin banyak kebun yang rusak dan sampai ke permukiman warga.
“Material yang dibawa banjir dan masuk ke kebun warga itu berupa pasir dan batu, tapi mengandung belerang, itu yang membuat kebun kopi rusak,” kata dia.
Suryadi mengatakan, kebun kopi atau sawah yang sudah terkontaminasi belereng sudah tidak akan produktif lagi. Karena dampaknya tanaman yang ada akan mati dengan sendirinya. Kondisi tersebut yang menyebabkan petani menjadi kesulitan akan dampak banjir lahar dingin tersebut.
“Itulah sebabnya mereka kami data dan laporkan ke Pemkab Empatlawang untuk dicarikan solusi, bagaimana mereka langkah selanjutnya,” kata dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Empatlawang Hasbullah mengatakan, kejadian tersebut salah satunya disebabkan adanya pendangkalan pada dasar Sungai Ayik Bayau. Sedangkan, material yang berasal dari Gunung Dempo selama ini terus turun karena dibawa oleh air.
Jadi, pada saat tertentu atau saat terjadi banjir magma akibat derasnya curah hujan, debit sungai meluap dan menghantam areal perkebunan warga di sepanjang DAS Ayik Bayau.
“Memang material yang dibawa air itu mengandung belerang, karena sungai itu sendiri merupakan alur belerang dari gunung Dempo,” ujar dia.
( Irhamudin )

Sumber :  Koran Sindo

KPU Siap Hadapi Gugatan HBA ke MK


TEBING TINGGI – Pihak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Empatlawang menyatakan siap menghadapi gugatan salah satu kandidat calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) Empatlawang ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Gugatan akan dilakukan cabup dan cawabup nomor urut 1, H Budi Antoni Aljufri- H Syahril Hanafiah (Berhasil) yang tidak menerima hasil pleno KPUD Empatlawang yang menyatakan pasangan cabup dan cawabup nomor urut 2, H JoncikMuhammad- Ali Halimi (Jonli) pemenang Pilkada Empatlawang yang dilakukan 6 Juni lalu.
Ketua KPUD Empatlawang Murroaimin Zahri melalui komisioner divisi sosialisasi Listan Efendi mengatakan, keputusan yang mereka ambil di pleno KPUD Empatlawang berdasarkan alat bukti, yakni hasil pleno di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di Empatlawang.
“Kami tetap pada ketetapan dan hasil pleno yang ada, soal nanti bakal ada gugatan dari pihak kandidat ke MK, kami siap menghadapi,” ujarnya, kemarin.
Menurutnya, apa pun yang nanti menjadi materi gugatan pihak Berhasil ke MK, pihaknya telah mempersiapkan diri. Karena secara kelembagaan, KPUD harus siap dengan segala bentuk gugatan dan keberatan. Khususnya yang berkaitan dengan pilkada.
“Intinya kami siap, namun sejauh ini belum ada pemberitahuan atau koordinasi terkait hal itu,” ujarnya.
Sebelumnya, ketua tim pemenangan pasangan Berhasil, David Hadrianto mengakui, akan menggugat hasil pleno KPUD Empatlawang yang menyatakan pasangan nomor urut 2, Joncik Muhammad-AliHalimi (Jonli) sebagai pemenang Pilkada Empatlawang. “Kami akan menggandeng konsultan politik yang berpengalaman menangani hal ini, khususnya masalah kecurangan pilkada,” ujarnya.
( Irhamudin )

Sumber :  Koran Sindo

Hampir 50% Remaja di Empat Lawang Putus Sekolah



TEBING TINGGI – Data Badan Pusat Statistik (BPS) Empat Lawang, sebanyak 46,72 persen remaja usia produktif (16-18 tahun) putus sekolah dan nikah dini “Artinya hampir 50 persen anak-anak usia remaja tidak bersekolah.  Nah mengenai faktor apa kita tidak melakukan pendataanya, silakan konfirmasikan ke Disdik saja,” ujar Kasi Sosial (BPS), Joni Tupandegar, kemarin. 
Diuraikannya, persentase tersebut berasal dari survei BPS periode 2008 hingga 2011 dengan memakai   metode survei sangkatan kerja nasional (sakernas) dan survei sosial ekonomi nasional (Susenas).
“Kita menggunakan metode yang diambil tiap triwulan satu kali, jadi datanya update terus,”katanya.
Saat ditanyai mengenai keabsahan data tersebut, Joni mengatakan memang ada kemungkinan margin eror tetapi tetap pihaknya menggunakan standarisasi nasional.
” Kita menggunakan kedua metode tadi dengan rata-rata tingkat marginnya sekitar 0,5 persen,” tegasnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) H. Akisropi melalui Kabid Pendidikan Menengah (Kadikmen), Regi Subono menegaskan, banyaknya anak usia remaja putus sekolah tersebut diakibatkan beberapa faktor seperti pernikahan dini, ekonomi dan keinginan anak itu sendiri.
Menyikapi hal itu, Disdik membuka selebar lebarnya bagi siswa yang berkeinginan untuk sekolah. Ini dibuktikan dengan adanya program sekolah gratis dan pembangunan  SMA di setiap kecamatan. “Tetapi kami tidak bisa memaksa mereka untuk sekolah,” ucapnya.
Dia mengimbau  masyarakat  umumnya dan  orang tua khususnya, untuk  membimbing anaknya  melanjutkan kejenjang SMA. “Karena untuk saat ini tidak ada alasan untuk tidak bisa mengenyam bangku sekolah bagi siapapun, walaupun demikian tergantung dengan anak itu sendiri kalau memang tidak mempunyai keinginan, otomatis kita tidak bisa memaksannya.” tandasnya.
(crl)

Sumber :  Sumatra Ekspres

Senin, 17 Juni 2013

Moralitas & Etika di Bumi Empat Lawang Kian Merosot

Perampokan, Perkelahian sampai dengan pembunuhan serta label watak dengan tempramen keras pada masyarakat Empat Lawang, apa sebenarnya yang memicu moralitas masyarkat kita yang kian merosot di bumi Empat lawang..?
Permasalahan moral dan etika yang rendah ini bersumber dari kesalahan lingkungan internal (keluarga) dan masyarakat sendiri, yang lambat laun tumbuh subur bak parasit yang menggerogoti norma-norma yang tertanam dalam masyarakat. 

Hal ini sangat banyak terjadi yang bermula pada anak-anak yang seharusnya masih dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya diisi dengan hal-hal positif malah kurang menerima bimbingan dan pendidikan moral, sehingga  melahirkan generasi-generasi yang  mempunyai etika dan moralitas minim.

Kasus seperti ini biasanya disebabkan karena remaja mengalami perkembangan emosi yang masih labil. Mereka tengah dalam pencarian jati diri, berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dan menginternalisasi peraturan serta norma-norma yang berlaku sebagai proses menuju kedewasaan. Apabila dalam proses perkembangan tersebut tidak berjalan dengan seimbang, maka akan terjadi ketimpangan pada emosi. Ketimpangan tersebut mengakibatkan emosi menjadi tidak terkontrol dan cenderung menimbulkan tindakan anarkis.

Dalam kondisi seperti ini, keluarga memiliki peran yang signifikan dalam memberi pengarahan. Pola pendidikan yang diterapkan akan sangat mengarahkan emosi remaja. Namun, tidak semua keluarga mampu menjalin relasi yang baik dengan anak-anaknya. itulah yang terjadi di masyarakat kita Empat Lawang.

Ironisnya lagi, ada sebagian keluarga dalam masyarakat yang semestinya menjadi filterisasi dalam membentuk prilaku anggota keluarganya malah membiarkan/ melegalkan tindakan-tindakan anggota keluarganya yang berperilaku di luar norma & Etika. 



Apakah Perkembangan Prilaku pada usia seperti ini pantas...?


Apakah ini yang dinamakan tahap dalam pencarian Jati diri..? 


 Apakah Hiburan seperti ini tidak membawah dampak buruk..?


 Apakah Seperti ini pemanfaatan tekhnologi yang benar..?


 Apakah Ini buah hasil dari belajar serta pendewasaan selama tiga tahun..?



 Apakah ini gaya pergaulan yang di anggap keren bagi anak muda..?


Apakah ini permainan yang pantas bagi anak-anak usia dini..?

 


Oleh karena itu, perlu tindakan solutif untuk mencegah  semakin merosotnya moralitas kita masyarakat Empat Lawang. Salah satu solusinya adalah melalui pendidikan moral dalam keluarga.
Pentingnya pendidikan moral dalam ruang lingkup keluarga merupakan faktor yang penting dalam perkembangan emosi. Pola mendidik yang dilakukan oleh orang tua seharusnya tidak mendikte anak, tetapi memberi keteladanan. Tidak mengekang anak dalam melakukan hal yang positif, menghindari kekerasan dalam rumah tangga sehingga tercipta suasana rumah yang aman dan nyaman. Serta menanamkan dasar-dasar agama pada proses pendidikan. Karena, dengan menerapkan nilai-nilai keagamaan dapat membentengi anak dari pengaruh buruk apapun dan dari manapun. Bagaimanapun pendidikan anak adalah tanggungjawab keluarga.

Orang tua seharusnya memilihkan tontonan yang positif bagi anak-anaknya. Meskipun, membatasi tontonan pada usia remaja lebih sulit daripada anak-anak. Juga  mengawasi segala tingkah laku anak-anaknya baik ketika di rumah ataupun di sekolah.

Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat di jaman sekarang, sangat mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan pendidikan anak. oleh karena itu dibutuhkan pengawasan yang lebih dari orang tua. Dari sinilah peran aktif dari keluarga terutama orang tua sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan para penerus bangsa yang cerdas dan berdedikasi tinggi untuk membangun bangsa indonesia yang lebih kuat.

Minggu, 16 Juni 2013

Pilkada dan Petaka di Empat Lawang

Usai sudah pemilihan kepala daerah (pilkada) Empat Lawang , tanggal 06 Juni 2013 yang lalu dimana masyarakat Empat Lawang menentukan dan menjatuhkan pilihannya melalui pencoblosan di tempat pemilihan suara (TPS) yang telah ditentukan. Berbagai hal terjadi dan fenomena yang berkembang dalam pasca pilkada tersebut. Masyarakat, KPUD, calon bupati dan wakil bupati Empat Lawang diuji dalam menyikapi permasalahan seputar hasil perolehan suara, yang notabene menimbulkan permasalahan, banyak pertanyaan-pertanyaan, kecurigaan, penolakan, yang  mengarah sampai tindakan anarkis yang dilakukan oleh simpatisan dari calon bupati yang merasa dirugikan. Yang diluapkan adanya pergolakan sampai perkelahian yang menimbulkan korban nyawa. 



 Inikah yang diinginkan masyarakat Empat Lawang ? Tentu tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Artinya  jikalau proses pilkada berjalan dengan berlandaskan kejujuran tentu tindakan-tindakan anarkis tidak akan terjadi. Tapi untuk mempertahankan statusquo politik apapun akan dilakukan, menghalalkan segala cara, penggelembungan suara, pembuatan kartu pemilih palsu, penerbitan KTP tanpa memperdulikan apa dampak dari perbuatan tersebut. Hal ini dilakukan hanya mempertahankan dan merebut kekuasaan semata, rakayatlah yang menjadi korban. 
 

Padahal, proses pilkada di Empat Lawan diharapkan menjadi moment penting dalam pembelajaran pendidikan politik dan suatu perkembangan yang maju dalam aplikasi demokrasi pancasila. Tetapi apa yang terjadi? Justru sungguh diluar dugaan, kenyataan bekata lain. 
 Mengutip dari buku Melawan Pembajakan Demokrasi yang ditulis oleh Ahmad Millah Hasan. “ Yang tidak siap kalah itu adalah yang melakukan segala cara untuk menang. Kalau kita mainnya fairness, semua akan legowo.”

Masyarakat Empat Lawang masih menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi. Mudah-mudahan saja keputusan yang akan ditorehkan Mahkamah Konstitusi bisa diterima masyarakat. Bagaimana pula jika keputusan itu nantinya menjadi keputusan yang controversial? Artinya akan menimbulkan suatu permasalah baru. Inilah yang seyogianya yang harus disikapi oleh Mahkamah Konstitusi.

Misalkan, Ketika keputusan Mahkamah Konstitusi nantinya memutuskan bahwa pilkada Empat Lawang akan di ulang ataupun ada indikasi kecurangan. Apakah calon yang terlibat/tersangka yang melakukan kecurangan tersebut masih ikut bertarung dalam pilkada ulang? Jawabannya : biarlah dijalankan sesuai aturan main yang berlaku.

KPUD Empat Lawang juga harus berani bertindak jujur sebagai penyelenggara pilkada, dan menyerahkan permasalahan ini melalui jalur hukum. Tanpa ada kesan diskriminasi terhadap calon bupati/wakil bupati. Karena siapapun yang menjadi pemenang pilkada Empat Lawang, patutlah harus didukung dan dihargai. Tapi prosesnya bukan melalui pembohongan, melainkan nyatakanlah secara benar dan jujur. Biarlah KPUD Empat Lawang tetap bertugas sesuai dengan prosedur  Undang-Undang Pilkada yang berlaku.
 

Petaka pasca pilkada Empat Lawang ini, menjadi pelajaran penting bagi rakyat Lintang. Kabupaten Empat Lawang belum bisa jadi contoh bagi daerah yang lain dalam hal penerapan pilkada sebagai proses demokrasi. Apakah permasalahan ini akan dibiarkan dengan waktu yang lama dan berbelit-belit? Atau akankah akan terjadi lagi permasalahan atau tragedi yang lebih parah dari yang sekarang? Jika penyelesaiannya arif dan bijaksana tentunya masyarakat akan menerima dengan legowo. Tetapi ketika penyelesaiannya tidak mencerminkan kejujuran/ manipulatif maka mungkin akan terjadi tindakan-tindakan yang destruktif.
 

Masyarakat Empat Lawang tidak hanya menginginakan pemimpin baru tetapi membutuhkan kepemimpinan baru. Rakyat Empat Lawang memanggil para pemimpinnya yang benar-benar pro-rakyat bukan anti rakyat. Rakyat Empat Lawang menginginkan/mendambakan kepemimpinan baru (new leadership) bukan hanya sekedar pemimpin baru (new leaders) semata.

 
Apapun yang menjadi keputusan hasil pilkada Empat Lawang dan siapapun yang menjadi pemenang pilkada biarlah itu menjadi keputusan yang bijaksana dan mengakhiri konflik  di Empat Lawang. Masyarakat Empat Lawang akan mengawal kepemimpinannya, menagih janji politiknya. Biarlah bupati terpilih menepati janjinya agar masyarakat tidak kecewa yang akhirnya menjadi pesimis.

Masyarakat sangat berharap bagi bupati Empat Lawang terpilih, nantinya bisa meningkatkan pelayanannya dibidang pendidikan, kesehatan, pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, sarana dan prasarana dan bidang-bidang lain demi kemajuan Empat Lawang yang jauh tertinggal dibandingkan kabupaten-kabupaten lain di Sumatera Selatan.
Semoga saja permasalahan/tragedi pasca pilakada Empat Lawang ini cepat selesai, masyarakat menunggu ending-nya. Tidak ada persoalan atau permasalahan yang tidak ada solusinya. Karena, kalau tidak ada solusi atau jalan keluarnya, itu bukanlah dikatakan suatu permasalahan. Semoga!