Rabu, 30 Desember 2015

Pemimpinku Pahlawan Atau Pecundang, Jangan Buta Hati

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Mamang-mamang, Bicik-bicik, Adek-adek & Kanco-kanco yang saya muliakan...
Pertama-tama, saya mengucapkan turut prihatin yang sedalam-dalamnya dengan kondisi daerah kita tercinta Empat Lawang ini, dengan berbagai musibah yang menimpah, khususnya bagi pemimpin daerah kita.

Sudah letih rasanya kita selalu menjadi daerah yang tertinggal  mekipun dari tanggal 20 April 2007, daerah kita Lintang IV Lawang  diresmikan sebagai Kabupaten yang ke 15 di Propinsi Sumatera Selatan, Delapan tahun adalah waktu yang cukup untuk kita belajar menjadi daerah yang mandiri, tapi bagaimana kita mau cepat mandiri, saat sekarang ini saja hampir setiap hari dapat dibaca dengan jelas berita-berita tentang kasus-kasus kejahatan ekstrim dan juga kasus korupsi yang dilakukan oleh pemimpin kita.

Kenapa  sih harus pemimpin kita...????  yah manusiawi si karena pemimpin itu dekat dengan kuasa.
Setiap Pemerintahan baik dalam kondisi normal atau pun dalam krisis politik, selalu menghasilkan dua alternatif: kehancuran dan kebangkitan, serta melahirkan pahlawan dan pecundang.
Dia yang menjadi pencundang bukan karena kalah dalam pertarungan. Tapi, karena mereka memilih untuk takluk pada kepentingan pribadinya, di daerah kita yang  masih membutuhkan pengorbanan, kejujuran dan contoh teladan.
Sementara itu, Pahlawan adalah dia yang rela menanggung derita, kecewa, bahkan kesempatan untuk menjadi populer karena berani berbeda pendapat dengan opini arus utama (mainstream) demi memajukan daerahnya. Pahlawan adalah dia yang berani bersikap tegas dan konsisten membela kebenaran dan menempatkan kepentingan daerahnya di atas kepentingan pribadinya.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya dari berbagai media tentang kasus korupsi Bupati Empat Lawang Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuntut terdakwa kasus suap mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Akil Mochtar, Bupati nonaktif Empat Lawang Budi Antoni dan istrinya Suzana Budi Antoni dengan pidana 6 tahun 4 bulan dikurang Rp 200 juta, subsider 2 bulan dan untuk sang istri, 4 tahun denda Rp 200 juta, subsider 2 bulan.
Dan tuntutan ini membuat geram dan tak dapat di terima oleh para pendukung dan simpatisannya, seharusnya kita para pendukung sudah sepatutnya tidak menganggap pimpinan dukungan kita selalu benar, sebaliknya kita pendukung semestinya menjadi kontrol dalam pemimpin dalam menjalankan tugasnya.


Memang benar adanya Kasta tertinggi yang ada di Negara ini tentunya dan pastinya adalah golongan koruptor, mengapa golongan koruptor? Karena golongan ini bisa melakukan apa yang dia mau dengan materinya. Lalu, orang-orang kasta dibawahnya tidak bisa melawan meskipun sudah ada lembaga independent, sebaliknya malah sebagian menjadi penjilat-penjilat yang mengharap mendapatkan bagian keuntungan dengan kedudukan pemimpinnya.

Negeri lelucon dimana yang jahat bisa bangga, hidup damai dan tentram. Sementara yang baik dan jujur akan tertindas. Dinegara-negara lain jangan harap bisa seperti itu. Bila ada tindakan korupsi dan perbuatan bejat, pasti sudah didemo habis-habisan, ditekan habis-habisan atau mungkin kantor dan rumahnya diserbu oleh rakyat. Seseorang pejabat yang terbukti merugikan rakyat dan negara pasti sudah akan hilang tidak pernah muncul lagi, dipenjara, dibuang atau malu sehingga lari mengasingkan diri bahkan mungkin bunuh diri karena malu seperti di Jepang.

Kita semua bisa menjadi pecundang. Bisa pula menjadi pahlawan. Sebab predikat demikian sangat situasional dan tergantung siapa yang memberikan. Seorang pahlawan hari kemarin, bisa menjadi pecundang hari ini. Begitu pula sebaliknya. Celakalah mereka yang terus-menerus memainkan peran pencundang dari hari kemarin hingga kini

Jumat, 20 November 2015

Makan Sirih, Tradisi Sehat Yang Makin Di Tinggalkan

Budaya makan sirih hidup di Asia Tenggara. Pendukung budaya ini terdiri dari berbagai golongan, meliputi masyarakat bawah, pembesar negara, serta kalangan istana.  Tradisi makan sirih tidak diketahui secara pasti dari mana berasal. Dari cerita-cerita sastra, dikatakan tradisi ini berasal dari India.

Pelaut terkenal Marco Polo menulis dalam catatannya di abad ke-13, bahwa orang India suka mengunyah segumpal tembakau. Sementara itu penjelajah terdahulu seperti Ibnu Batutah dan Vasco de Gama menyatakan bahwa masyarakat Timur memiliki kebiasaan memakan sirih.

Di masyarakat India, sirih pada mulanya bukan untuk dimakan, tetapi sebagai persembahan kepada para dewa sewaktu sembahyang di kuil-kuil. Beberapa helai daun sirih dihidangkan bersama dengan kelapa yang telah dibelah dua dan dua buah pisang emas.

Sirih sangat dikenal di kalangan masyarakat Melayu. dulu selain dimakan oleh rakyat kebanyakan, sirih juga dikenal sebagai simbol budaya dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam adat istiadat Melayu. Sirih dipakai dalam upacara menyambut tamu, upacara merisik dan meminang, upacara pernikahan, pengobatan tradisional, dan berbagai upacara adat yang lain.

Begitu juga di Lintang Empat Lawang, tradisi makan sirih ini juga sudah di wariskan secara turun temurun namun pada saat ini makan sirih hanya di pertahankan oleh kalangan sepuh alias nenek-nenek (Nekno) saja yang masih melakukannya. meskipun tradisi ini sudah dilakukan turun temurun namun dengan semakin majunya zaman, maka perlahan-lahan tradisi inipun di tinggalkan.



Makan sirih biasanya dilakukan disela waktu senggang ataupun sembari melakukan aktifitas ringan lainnya. Jika kaum pria memiliki kebiasaan merokok menggunakan rokok nipah (berbahan daun lontar/ jagung) sehabis makan maka bagi kaum perempuan juga biasanya melakukan tradisi makan sirih.

Selanjutnya dalam tradisi makan sirih ini  ada istilah Pridon. Pridon  sendiri adalah wadah untuk menampung air ataupun cairan berwarna merah pekat yang dihasilkan ketika bahan-bahan tersebut dikunyah berbentuk seperti vas bunga yang terbuat dari tanah liat atau logam. Sangat terasa sekali aroma gambir dan daun sirih kala kita berada didekat pridon ataupun orang yang sedang makan sirih. Kemudian mako adalah tembakau yang digumpalkan kemudian digunakan untuk membersihkan sela-sela gigi dari bahan-bahan yang dikunyah.



Bagi wanita, nyirih akan mempercantik diri asalkan tidak jorok. Bibir akan secara alami berwarna merah tanpa menggunakan lipstik. Dengan nyirih, gigi akan menjadi kuat sampai tua. Buktinya nenekku (Almarhum) dulu yang  usianya menginjak 60 tahunan giginya masih  masih kuat dan tidak perna sakit gigi. Resikonya cuma satu yaitu gigi menjadi kemerahan bahkan menghitam luarnya, tapi kuat.

Selama ini memang sangat diyakini oleh masyarakat bahwa daun sirih memiliki banyak manfaat. Tidak hanya dimanfaatkan secara tradisional, daun sirih juga sudah banyak diolah secara modern sebagai bahan obat-obatan herbal. Satu diantara manfaat daun sirih tersebut adalah mampu mengobati gigi dan gusi yang bengkak. Belum lagi lane alias kapur yang sudah pasti banyak mengandung kalsium juga sangat diyakini mampu membantu menjaga kesehatan gigi.

Mau coba? siap-siap saja merasakan sensasi pedas dan rasa pengah ketika mengunyah bahan-bahan tesebut. Akan tetapi jika sudah mencoba bersiaplah untuk ketagihan. Mudah-mudahan saja tradisi makan sirih tetap bisa dilestarikan sebagai salah satu warisan budaya.


Berikut ini hal-hal yang dibutuhkan

1. Daun sirih



2. Kapur sirih


3. Gambir/ getah gambir


4. Tembakau/ mako

5. Buah Pinang



Cara Makan sirih yang saya  ketahui urut-urutannya adalah sebagai berikut :

Ambil 1 sampai 2 lembar daun sirih
Ambil sedikit kapur sirih, sedikit isi biji pinang yang muda, dan gambir kemudian bungkus dengan daun sirih tersebut
Kemudian kunyah daun sirih beserta isinya sampai hancur
Untuk membersihkan gigi, pakailah tembakau. Aku nggak tau mengapa harus tembakau. Tapi kayaknya untuk mengurangi rasa pedes sirih.
Sebagai contoh berikut ini foto-foto orang yang sedang nginang.



Ayo bagi kaum wanita  tidak ada kerugian mencoba perawatan gigi ala tradisional ini. Buktinya adalah sampai umur lanjut, gigi masih kuat. Jangan sampai anda ketika sudah tuir pengin makan peyek tapi sudah tidak punya gigi. Hehehe..…

Kamis, 19 November 2015

Mengejar Mimpi Si Petani Kopi

Meski saya bukan petani tapi saya selalu ingin menjadi seorang petani. Bukan karena orang tua saya, keluarga besar saya, dan rata - rata penduduk kampung saya juga petani. Tetapi bertani bagi saya merupakan hal yang menyenangkan.  kebun adalah pelarian yang sempurna, lambaian daun-daun kopi muda berumur tiga atau empat bulan, atau bunga-bunga putih harum yang memenuhi dahan-dahan kopi berumur dua tahun menjadi obat penat sekaligus herbal penyegar tubuh.



Berkebun kopi sudah dilakukan secara turun temurun sejak kapan saya tak tahu kapan persisnya. Bapak saya petani kopi, nenek saya juga petani kopi, cerita nenek dulu bapaknya nenek juga petani kopi. Kopi adalah penghasilan utama penduduk Lintang Empat Lawang, selain beras. Ribuan hektar kebun kopi tersebar di tiga kecamatan di daerah saya. Jika saat musim panen tiba, antara April sampai September, saat itu sudah mulai masuk musim panen, namun puncaknya nanti pada bulan Juni hingga Agustus, maka wajah-wajah petani kampung saya terlihat sumringah, apalagi jika harga kopi mahal. Saat ini harga biji kopi kering di kampung saya ada dikisaran Rp 19.000-Rp 20.000 perkilo dan untuk bubuk kopi siap seduh Rp 40.000 – Rp 50.000.- Harga ini termasuk bersahabat dengan petani, mengingat harga-harga kebutuhan pokok juga tidak karu karuan.



Di Lintang Empat Lawang Hampir seluruh petani menanam kopi. dulu perna pada  waktu harga kopi melambung tinggi orang-orang membabat seluruh kebun, hutan sampai bukit  untuk ditanami kopi. Siapa yang tidak tertarik menanam kopi waktu itu? Ketika orang-orang terkena krisis moneter, para petani kopi justru merasa bagai di surga.
Harga kopi melangit. Para petani yang menanam kopi jadi orang kaya seketika. Banyak di antara penduduk desa yang saking banyak uangnya, mereka bingung harus menaruhnya di mana. Ada yang membeli motor, mobil, dan sebagainya. Lucunya, ada yang membeli alat-alat elektronik seperti Tivi, kulkas, bahkan antena parabola, padahal di rumahnya saat itu belum ada aliran listrik. Disimpan saja dulu, alasan mereka. Akhirnya kulkas pun berubah fungsi jadi lemari pakaian.
Pada masa itu para petani bagai orang gila. Uang dihambur-hamburkan saja, seakan-akan tiada harganya. Bahkan ada yang sampai menggulung tembakau dengan uang kertas, lalu menyulutnya sebagai rokok. Apa yang mereka ingin dapat mereka beli. Anak-anak sekolah menyimpan uang di saku mereka jumlahnya kadang-kadang hampir setengah juta.
Itulah Manusia. kadang mereka lupa bahwa keadaan tidak selamanya akan berjaya. Harga kopi tiba-tiba anjlok. Harga satu karung goni kopi saja bahkan tidaklah cukup untuk sekedar membayar upah orang yang mengangkutnya. Masyarakat panik. Uang mereka sedikit-demi sedikit mulai terkikis. Semua kebutuhan bahan makanan harus mereka beli. Setelah uang yang disimpan sudah habis, orang-orang mulai menjual lagi barang-barang yang dulu dibeli, dengan harga yang jauh lebih murah tentunya. Meskipun barang-barang itu ada yang belum pernah mereka nyalakan sekali pun, orang tetap tak akan mau membelinya dengan harga seperti ketika dibeli dulu.
Tapi sekarang harga kopi memang sudah cukup lumayan, sehingga banyak para petani mulai kembali lagi ke kebun kopinya, kembali memompah semangatnya berangkat ke talang di atas bukit nun jauh disana,  berjalan kaki berkilo-kilo jauhnya, mendaki tebing curam, batu terjal & derasnya arus sungai.
Berbulan-bulan sampai bertahun-tahun meringkuk di sebuah dangau kecil di tengah kebun kopi jauh di tengah hutan sana, demi menggantungkan mimpi yang kelak merubah keadaan hidup.



Tradisi minum kopi di kampungku bukan sekedar menikmati sajian segelas air yang dihitami oleh sesendok bubuk kopi, lebih dari itu minum kopi merupakan simbol keakraban, kekeluargaan dan persahabatan.   Maka jika anda berkunjung ke Lintang Empat Lawang, kampung saya, maka rasanya kurang hormat kami sebagai tuan rumah jika tidak menyajikan  kopi

Entah sejak usia berapa saya mulai menyeruput kopi dengan segala sensasi dan konsekuensi yang ditimbulkan. Bukan karena ikut-ikutan gaya hidup atau semacamnya, tetapi secara keluarga adalah peminum kopi dan ditambah lagi lingkungan geografis sebagai penghasil kopi yang mempunyai sejarah cukup panjang.


Bagi pecinta dan penikmat kopi jika berkunjung ke kampungku maka itulah surganya, tapi jika anda bukan peminum atau penikmat kopi maka anda akan tersiksa, karena setiap bertamu anda akan disuguhi kopi, jarang sekali ada teh apalagi jika hanya air putih he he Kampung saya adalah kampungnya petani kopi.
Lebih dari itu, ternyata dibalik nikmatnya secangkir kopi juga menyimpan pahitnya hidup petani kopi. Pernahkah kita peduli atau setidaknya mengingat para petani kopi ketika menyeruput secangkir kopi? Pernahkan membayangkan bagaimana kopi itu diproduksi dan diproses hingga hadir di hadapan kita? Pernahkah kita berempati ketika harga-harga kopi petani jatuh hingga terkadang biaya produksi, bahkan sekadar biaya petik lebih mahal dari harga produknya? Nasib petani kopi kita terkadang setali dengan rasa kopi tanpa gula, pahit! Tetapi pahitnya jelas tanpa sensasi seperti pahitnya kopi yang sering kita nikmati.



Seorang kawan bahkan pernah blusukan dan menuliskan hasil risetnya tentang kopi-kopi yang dihasilkan petani-petani kecil di Empat lawang yang rata-rata bermutu rendah. Oleh karenanya, kopi-kopi petani itu pun juga dihargai rendah oleh para tengkulak dan pabrik pengolah kopi. Petani tak kuasa menentukan dan menciptakan grade tertentu akibat berbagai keterbatasannya. Sementara pabrik pengolah kopi itu hanya mau tahu kopi yang dibeli dari petani harus bermutu sesuai keinginannya.

Disaat lain, dalam penentuan mutu kopi, pembeli seringkali curang dengan hanya mengandalkan kepekaan tangan mereka meskipun memiliki alat pengukur kadar air yang lebih canggih. Mereka hanya mengandalkan tangan jika menghadapi petani sehingga bisa mengakali kadar air sesungguhnya, tentunya untuk menekan harga ditingkat petani dan mencari keuntungan yang lebih besar, karena harga yang diterima petani dari pedagang tak lebih dari setengah harga di pasar. Ini tentu membuat petani sangat menderita.

Dari secangkir kopi, juga memunculkan bagaimana pertarungan ekonomi kopi terjadi. Tak sekadar antara petani dan pengusaha atau tengkulak-tengkulak, tetapi juga merembet ke warung kopi yang dianggap tradisional berhadapan dengan cafe-cafe yang lebih modern dan bahkan berbentuk corporate multinasional. Mereka, para pengusaha besar memunculkan persaingan ketat antar pengusaha kopi (instan) dengan cara perang iklan di media. Hasilnya, saya yakin mereka sebagian besar mereguk keuntungan yang besar, sementara petani-petani kopi skala kecil banyak yang terinjak oleh pertarungan mereka. Begitulah, menikmati secangkir  kopi memang bisa mendapatkan sensasi dan bahkan pengalaman batin tersendiri. Lalu, apa yang anda rasakan ketika menikmati secangkir kopi?

Senin, 13 April 2015

Keunikan Rumah Panggung Di Lintang Empat Lawang

Rumah panggung dan rumah Limas adalah ciri khas rumah rumah yang ada di Propinsi Sumatera Selatan, unik dan sangat menarik.

Begitu juga Rumah–rumah yang ada di Lintang Empat Lawang yang umumnya adalah rumah panggung, yaitu rumah yang terbuat dari kayu dengan tiang Penyangga dengan luas mencapai 400 sampai 1000 meter,  dan di kerjakan oleh tukang khusus.

Konsep rumah panggung sebenarnya memiliki skenario antisipasi dan pencegahan. Secara sederhana dapat di jelaskan bahwa konsep rumah panggung adalah bangunan berkaki dimana dasar bangungan diangkat ke atas sehingga tidak menyentuh tanah. Jarak lantai bangunan dari tanah sekitar 3 meter.

Dahulu kala rumah panggung di konsep oleh generasi kakek nenek kita agar hunian mereka terhindar dari bintang liar, banjir dan gempa.
Kebanyakan rumah–rumah panggung ini telah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun. Bentuk rumah tersebut dapat kita lihat di setiap pelosok kabupaten Empat Lawang.
Sebagaimana di daerah lain di Sumatera Selatan rumah–rumah panggung ini mempunyai beberapa bentuk dan disesuaikan dengan kedudukan dan status ekonomi si pemilik rumah.

Rumah panggung merupakan suatu simbol untuk suatu budaya Lintang Empat lawang yang terdahulu secara turun temurun diwariskan oleh nenenk moyang, dengan desain dan disesuaikan dengan kondisi alam pada masanya dibangun dengan sedemikian rupa untuk di gunakan dan dimanfaatkan sesaui kebutuhan saat itu.
Tentunya Rumah panggung memiliki sejarah tersendiri, dan memiliki arti dalam setiap simbol simbol yang dibangun, seperti halnya kita membangun sebuah rumah, pasti kita akan membuat rumah dengan memperhitungkan apa yang kita bangun, dari segi atap, pondasi hingga lantai.

Kemudian dalam hal bangunan yang dipakai untuk membangun rumah panggun ini, seperti dinding, lantai, serta pintunya menggunakan kayu meranti atau cempaka. Sementara untuk tiang rumah pada umumnya menggunakan kayu unglen yang tahan air.
























Pada umumnya Rumah Panggung Empat Lawang memiliki 4 ruang utama, yang terdiri :
1. Ruang depan, pada ruang ini terdapat satu kamar, biasanya kamar ini diperuntukan untuk anak bujang, juga terdapat ruang untuk berkumpul teman temannya.
2. Ruang tamu utama, ruangan ini cukup besar, ruangan ini dipergunakan untuk menerima tamu, dan juga dipergunakan untuk berkumpul keluarga.
3. Ruang tengah, pada ruang ini terdapat kamar tidur untuk anak gadis, serta kamar orang tua.
4. Ruang belakang, pada ruang ini terdapat, dapur, ruang makan, serta keperluan untuk mencuci keperluan untuk memasak yang disebut gaghang. Bahan baku gaghang biasanya terbuat dari Bambu, ini dimaksudkan karena bambu lebih tahan lama terkena air dari pada kayu.

Sedangkan untuk keperluan mencuci serta mandi, sebagian besar masyarakat Empat Lawang memanfaatkan sungai, sebagian masyarakat juga yang menyediakan tempat sendiri untuk MCK. Biasanya tempat MCK ini terpisah jauh dengan bangunan utama, pada tempat ini terdapat sumur, wc serta tempat untuk mandi dan mencuci. Pada ruangan bawah rumah, biasaya dimanfaatkan untuk gudang hasil panen kopi atau lada, kandang ternak seperti ayam, bebek dan itik, juga digunakan untuk menyimpan kayu bakar (Salangan Puntong).
Ciri khas lain yang biasanya ada di rumah panggung di Empat Lawang adalah Kolam/ Bak air yang dibangun di dekat tangga depan rumah, ini berfungsi sebagai penampung air tempat cuci kaki sebelum menaiki tangga.

Hal menarik dari rumah panggung ini konon menurut cerita dari nenek, rumah ini dapat di pindahkan/ geser tanpa membongkar rumah tersebut, dan dahulu ada sebagian atap rumahnya di buat dari potongan papan yang disusun sama halnya seperti pemasangan genteng, hebat bukan..

Rumah panggung memang unik. Namun, tetap saja model rumah seperti ini menghadapi tantangan. Sampai saat ini, persoalan bahan baku kayu menjadi masalah utama. pembabatan hutan yang tak terkendali dan kurangnya kesadaran generasi kita untuk mengganti hutang yang di tebang membuat keberadaan bahan baku rumah panggung juga menjadi ancaman.

Jumat, 10 April 2015

Rindu Mudik (Balek Dusun)

Jadi seorang perantauan  mudik itu merupakan moment yang sangat di tunggu-tunggu dan menyenangkan, sedetail mungkin setiap peristiwa yang ada di kampung halaman akan menjadi rekaman yang menarik untuk di putar kembali di masa yang akan datang.
Setiap kali kembali ke sini saya selalu merasa kembali ke akar saya. bagaimanapun 100% darah yang mengalir di tubuh saya berasal dari sini. seperti pepapatah  "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya". 


Kata Mudik diserap dari kata "Udik" yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita oleh sebab itu entah anda tinggal dirumah mewah yang bernilai ratusan milyar Rp ataupun bermukim di Amsterdam ataupun Hollywood sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik sekalipun juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik, kampung halaman itu bagi kita sama seperti juga "surga". Pada saat tersebut saya merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung halamannya.
Mungkin anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan battere.


Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman rasa kasih dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan kembali kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita.
Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktur maupun pengusaha, ketika dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.
Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan kita lagi.
Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota yang jauh disana pada hari Lebaran dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga, serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.
Nah, sekarang apa sih istimewanya si kampung halaman ini sampai banyak orang yang merantau (khususnya orang Lintang Empat Lawang) sering kangeeen, pengen pulang ke kampung halaman (Mudik), pokoknya berasa spesial dan indah banget dah kampung halaman itu .. termasuk saya yang juga lagi kangen sama kampung halaman.  

Bagi kita putra putri asli Lintang Empat Lawang ada banyak alasan  yang mungkin membuat kita selalu merindukan kampung halaman/ dusun  ketika berada di peratauan... 

Badan pegal serasa hilang jika melihat tugu penanda batas desa yang kita tuju telah terlihat, semua keletihan sepanjang jalan seolah manis terasa saat melihat halaman rumah, apalagi disana ada Bapang dan Umak telah terlihat menunggu, inilah sensasi yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata, ya inilah asa yang selalu di tunggu tiap tahun, kembali ke kampung halaman, mengumpulkan keping kenangan di masa lalu..

Suasana dan hal apa saja sie yang menyambut kita ketika pulang ke Lintang Empat Lawang ..?



Kelokan Nikat (Lematang)

Berlokasi di kotamadya Pagar Alam dan merupakan Akses Utama yang di lalui untuk mencapai  wilayah Lintang Empat Lawang (Empat Lawang). Saya ingat waktu pertama melewati jalan ini  saya baru berumur 8 tahun, dan ini merupakan momok yang menakutkan setiap kali bus yang saya tumpangi berkelok merayap di jalan ini.. 




 Gunung Dempo & Perkebunan Teh

Naahh... kalo ini merupakan tempat wisata favorit bagi masyarakat empat lawang, dengan jarak tempuh yang dekat dan disini disuguhkan panorama yang very-very beautiful.. 



 Jembatan Gantung Desa Remantai

Di wilayah sumatera selatan, yang umumnya di lintasi sungai-sungai besar, jembatan gantung masih menjadi jalur perlintasan yang masih banyak di pakai.. 
saya agak ngeri ketika naik jembatan gantung ini. tapi teman-teman saya kala itu dengan entengnya menghina-dina saya… dengan kebulatan tekad akhirnya saya dapat mengumpulkan keberanian untuk melewati jembatan sakaratul maut ini..




 Sungai Lintang & Sungai Musi 

Foto ini  kiriman dari teman, saat ini sungainya memang  surut. tapi dulu saya pernah dua kali hanyut dan hampir jadi tumbal siluman buaya  di sungai ini, hahaha...  : Dan ketika balik di sini saya kembali mengenang masa kecil yang sedang berenang telanjang di sungai ini. untung waktu itu media dokumentasi blom sebanyak sekarang, kalo ada pasti sudah saya pajang di blog ini... Upppss  maaf, saya tarik omongan saya barusan, ntar blog ini dituduh melanggar UU ITE..






 Suasana Perkampungan dengan Rumah Panggung

Memasuki wilayah Empat Lawang dengan pemandangan kiri kanan jalan  rumah-rumah panggung.



Perapian Dapur

Saya jadi teringat ketika kecil dulu belajar menghidupkan perapian ini dengan cara meniupnya memakai bambu. Dengan memakai kayu bakar ini, Emak saya gak perna khawatir dengan kelangkaan minyak tanah dan gas. tinggal mengumpulkan kayu bakar di hutan.

Nah ini juga pentiiiing..... jangan lupa kalau yang orang tuanya di kampung halaman & kita merantau....mereka menunggu kita loh gan, sis.....harapan mereka pasti bisa ketemu anak-anaknya, cucunya, berbagi waktu bersama walau cuma sebentar...memeluk kalian yang dulu sering mereka peluk, mereka gendong, mereka cium.... di usia senja mereka mereka pasti butuh teman untuk menghangatkan hati mereka, mengisi waktu tua mereka..... 



My Endung, Bapang, Brother & Sister

Faktor makanan juga punya andil penting dalam hal kangen kampung halaman ini. Banyak orang yang ga terbiasa atau terpaksa membiasakan diri dengan makanan di perantauannya.... jadi kalau pulang kampung bawaannya kalap pengen ngelahap kuliner khas kampung halamannya...
Ini makanan khas kota kelahiran saya ..

Kenangan ama mantan, gebetan, cem-ceman
Ga usah di komeng ah yang poin ini mah, you know what i mean lhaaa.....

Tidak dipungkirin pasti banyak orang yang kangen sama temen-temen di kampung halaman mereka.... temen-temen yang dulu selalu menemani saat kita bahagia, sedih, baru putus, baru jadian, yaaah banyak hal yang bakal membekas dalam ingatan tentang temen dan sahabat kita.... 

Itulah sedikit cerita tentang Moment Mudik ke kampung halaman, yang mungkin tidak sebagus dan serapi kampung-kampung anda. Hehehehe…. tapi setiap kampung halaman mempunyai tempat tersendiri di hati.

Semoga tahun ini untuk Mamang, Bicik, Uwak, Adeng, Kakak yang mudik di manapun berada, bisa pulang ke Dusun masing-masing dengan selamat, menikmati kehangatan suasana kampung yang tak bisa dirasakan di tanah perantauan.

Salam ..



Kabupaten Empat Lawang, hampir 90 % desa desanya ada di pinggir sungai, sungai sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Empat Lawang, tempat untuk mandi, cuci serta kebutuhan untuk air minum. Dengan tergantungnya masyarakat Empat Lawang pada sungai, dimana desa desa ada di seberang sana dan sini, yang akhirnya dibuatlah jembatan gantung untuk menghubungkan desa seberang dengan desa seberangnya. Pada gambar ini kami coba menampilkan salah satu jembatan gantung yang ada di Empat Lawang, tepatnya jembatan gantung di dusun / desa Lubuk Puding Kecamatan Ulumusi. Jembatan gantung ini di bangun dari zaman penjajahan Belanda dahulu, hingga sekarang jembatan gantung ini masih kokoh. Jembatan ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan, terutama dengan landasannya yang hanya terbuat dari papan/kayu. Read more: http://forumlintangempatlawang.blogspot.com/2007/12/jembatan-gantung.html#ixzz3IFocj7Yt

Make money by copying the best: http://bit.ly/copy_win
Kabupaten Empat Lawang, hampir 90 % desa desanya ada di pinggir sungai, sungai sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Empat Lawang, tempat untuk mandi, cuci serta kebutuhan untuk air minum. Dengan tergantungnya masyarakat Empat Lawang pada sungai, dimana desa desa ada di seberang sana dan sini, yang akhirnya dibuatlah jembatan gantung untuk menghubungkan desa seberang dengan desa seberangnya. Pada gambar ini kami coba menampilkan salah satu jembatan gantung yang ada di Empat Lawang, tepatnya jembatan gantung di dusun / desa Lubuk Puding Kecamatan Ulumusi. Jembatan gantung ini di bangun dari zaman penjajahan Belanda dahulu, hingga sekarang jembatan gantung ini masih kokoh. Jembatan ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan, terutama dengan landasannya yang hanya terbuat dari papan/kayu. Read more: http://forumlintangempatlawang.blogspot.com/2007/12/jembatan-gantung.html#ixzz3IFocj7Yt

Make money by copying the best: http://bit.ly/copy_win

Selasa, 03 Maret 2015

Daptar Nama Dan Alamat SMA, SMK, MAN Di Empat Lawang

1.      MA Al FALAH Alamat : Desa Manggilan Kecamatan Pendopo.
2.      MAN TANJUNG KUPANG TEBING TINGGI Alamat : Jl. Lintas Sumatera Km 5,5 Talang Bayu. 
3.      SMAN 1 LINTANG KANAN Alamat : Kecamatan Lintang Kanan. 
4.      SMAN 1 MUARA PINANG Alamat : Kecamatan  Muara Pinang. 
5.      SMAN 1 PASEMAH AIR KERUH Alamat : Desa Muara Sindang Kecamatan Pesemah Air Keruh.
6.      SMAN 1 PENDOPO Alamat : Jl. Hanafiah Desa Karang Caya Kecamatan Pendopo.
7.      SMAN 1 SALING Alamat : Kecamatan Saling.
8.      SMAN 1 SIKAP DALAM Alamat : Kecamatan Sikap Dalam. 
9.      SMAN 1 TALANG PADANG Alamat : Kecamatan Talang Padang.
10.  SMAN 1 TEBING TINGGI Alamat : Jl. Pembangunan Kecamatan Tebing Tinggi. 
11.  SMAN 1 ULU MUSI Alamat : Padang Tepong Kecamatan Ulu Musi. 
12.  SMAN 2 MUARA PINANG Alamat : Kecamatan Muara Pinang 
13.  SMAN 2 PENDOPO Alamat : Jl. Raya Desa Landur Kecamatan Pendopo
14.  SMAN 2 TEBING TINGGI Alamat : Jl. Lintas Sumatera Talang Gunung.
15.  SMAN 2 ULU MUSI Alamat : Desa Tangga Rasa kecamatan Ulu Musi.
16.  SMAN 3 TEBING TINGGI Alamat : Talang Banyu Desa Tanjung Kupang Kecamatan Tebing Tinggi.
17.  SMAS MUHAMMADIYAH TEBING TINGGI Alamat : Jln.Tebing Benteng Ds Kupang Kecamatan Tebing Tinggi.
18.  SMKN 1 EMPAT LAWANG Alamat : Desa terusan Baru Kecamatan Tebing Tinggi.
19.  SMKN 2 EMPAT LAWANG Alamat : Desa Gunung Meraksa Baru Kecamatan Pendopo.
20.  SMKS AL KHAIR Alamat : Desa Gunung Meraksa Baru Kecamatan Pendopo.


Jumat, 27 Februari 2015

Daptar Nama & Alamat SMP Yang Ada Di Empat Lawang

1. SMP Negeri 1 Lintang Kanan Alamat: Desa Rantau Kasai Kec. Lintang Kanan Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 1 Lintang Kanan Propinsi: Sumatera Selatan.

2. SMP Negeri 2 Pendopo : Alamat: Desa Nanjingan Kec. Pendopo Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2 Pendopo Propinsi: Sumatera Selatan.

3. SMP Negeri 4 Pendopo : Alamat: Desa Karang Caya Kec. Pendopo Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 4 Pendopo Propinsi: Sumatera Selatan.

4. SMP Negeri 3 Pendopo : Alamat: Desa Sarang Bulan Kec. Pendopo Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 3 Pendopo Propinsi: Sumatera Selatan.

5. SMP Negeri 2 Muara Pinang : Alamat: Jalan Raya Desa Seleman Ilir Kec. Muara Pinang Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2 Muara Pinang Propinsi: Sumatera Selatan.

6. SMP Negeri 4 Tebing Tinggi : Alamat: Jalan Raya Desa Banu Pance Tebing Tinggi Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 4 Tebing Tinggi Propinsi: Sumatera Selatan.

7. SMP Negeri 1 Pesemah Air Keruh : Alamat: Desa Kebanjati Kec. Pasemah Air Keruh Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 1 Pasemah Air Keruh Propinsi: Sumatera Selatan.

8. SMP Negeri 1 Unggulan Empat Lawang : Alamat: Jalan Tebing Benteng Desa. Kupang Kec. Tebing Tinggi Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 1 Unggul Empat Lawang Propinsi: Sumatera Selatan.

9. SMP Negeri 2 Pesemah Air keruh : Alamat: Desa Padang Bindu Kec. Pasemah Air Keruh Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2 Pasemah Air Keruh Propinsi: Sumatera Selatan

10. SMP Negeri 3 Pesemah Air Keruh : Alamat: Desa Talang Padang Kec. Pasemah Air Keruh Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 3 Pasemah Air Keruh Propinsi: Sumatera Selatan.

11. SMP Negeri 2 Tebing Tinggi : Alamat: Jalan Guru-guru No. 81 Talang Banyu Kec. Tebing Tinggi Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2tebing Tinggi Propinsi: Sumatera Selatan.

12. SMP Negeri 3 Tebing Tinggi : Alamat: Jalan Lintas Sumatera Desa. Sukakaya Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 3 Tebing Tinggi Propinsi: Sumatera Selatan.

13. SMP Negeri 3 Lintang Kanan : Alamat: Desa Pagar Jati Kec. Lintang Kanan Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 3 Lintang Kanan Propinsi: Sumatera Selatan.

14. SMP Negeri 2 Ulu Musi : Alamat: Desa Karang Gede Kec. Ulu Musi Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2 Ulu Musi Propinsi: Sumatera Selatan.

15. SMP Negeri 2 Talang Padang : Alamat: Desa. Ulak Dabuk Kec. Talang Padang Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 2 Talang Padang Propinsi: Sumatera Selatan.

16. SMP Negeri 5 Pendopo : Alamat: Desa. Gunung Meraksa Baru Kec. Pendopo Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 5 Pendopo Propinsi: Sumatera Selatan.

17. SMP Negeri 1 Pendopo : Alamat: Desa Muara Lintang Kec. Pendopo Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Negeri 1 Pendopo Propinsi: Sumatera Selatan.

18. SMP Yaspa Jaya : Alamat: Jalan Pratu Suhir Cik Jin No. 1 Pagaralam Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Yaspa Jaya Propinsi: Sumatera Selatan.

19. SMP Karya Utama : Alamat: Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Karya Utama Propinsi: Sumatera Selatan.

20. SMP Pramula : Alamat: Jalan Pasundan Kelurahan Kalidoni Empat Lawang
Kota: Empat Lawang SMP Pramula Propinsi: Sumatera Selatan.