Senin, 24 Juni 2013

Fenomen Jejaring Sosial di Masyarakat Lintang Empat Lawang

Facebook, Twitter, Google+, Yahoo Mesenger, dll, setidaknya Siapa sih yang tidak kenal atau minimal pernahlah mendengar istilah ini? Dapat dipastikan jika seseorang itu berasal dari generasi 60-70-an sampai saat ini, pasti sudah pernah mendengar bahkan sangat sering mengetahui hal ini. Atau jangan-jangan justru Anda salah seorang yang memiliki semua akun tersebut? Ya, Jejaring sosial telah menjadi fenomena yang luar biasa dalam ranah dunia maya.

Oleh karena itu, jejaring sosial ini hakikatnya merupakan ajang pertemanan yang tansemuka alias tidak bertemu secara langsung antarindividu yang beraktivitas di dalam jejaring tersebut. Pendeknya, kemajuan teknologi internet telah mengubah pola hidup masyarakat di Indonesia bahkan telah muncul budaya siber (cyber cultur). Facebook, Twitter, saat ini bukan lagi sekedar ajang pertemanan belaka. Medium ini telah merambah pada sisi-sisi lain dari kehidupan manusia.

Jumlah penduduk Indonesia yang banyak menjadi pasar yang “menjanjikan” bagi facebook dan korporasinya. Maklum, kelas bawah pun sekarang asyik ber-facebook ria. Tanpa kasta, tanpa kelas, semua dapat mengakses facebook dengan membuat akun di internet. Apalagi teknologi internet saat ini dapat bergerak (mobile) dan fitur facebook hampir dapat ditemukan pada telepon selular (ponsel) keluaran baru. Orang tidak perlu lagi ke warnet atau repot-repot menenteng laptop kalau ingin ber-facebook-an.

Nahh.. kali ini kita akan bahas fenomena jejaring sosial di masyarakat Lintang Empat Lawang. Misalnya Fenomena facebook, bagaimanapun menarik untuk dicermati, dari anak SD sampai Ne'anang- Ne'ino (Kakek - Nenek), facebook sudah seperti bagian dari aktifitas keseharian mereka, dan yang menariknya disini, mereka dapat bercerita, berbagi kabar dengan menggunakan logat/ bahasa daerahnya. tidak sampai disini saja, masyarakat Lintang Empat Lawang yang merupakan daerah yang baru beberapa dekade memulai pemekarannya ini, begitu mahir dan ahli dalam memanfaatkan  semua fitur-fitur yang ada di facebook ini, mulai dari group facebook, fanspage, aplikasi dll.


Saya contohkan group facebook yang menjadi komunitas tempat berkumpulnya orang-orang Lintang Empat Lawang di Facebook ; "Jemo Lintang Pulo", "An-Ra-Pu-Lin", "Porsimel" dll.
Fanspage ; "Lintang Dusunku", Lintang Empat Lawang", Yopie Lintang" dll.
di Group facebook ini si Admin memberikan kabar berita tentang perkembangan apa saja yang menjadi trend di daerah Lintang Empat Lawang, dan anggotanya dapat mengikuti dan memberikan komentarnya seputar  berita-berita menarik di  Lintang Empat Lawang.

Tapi hal lain dari munculnya facebook dalam kehidupan masyarakat Lintang Empat Lawang yaitu mengenai isi atau konten dari setiap akun facebook yang dimiliki oleh para individu. hasil pengamatanku pribadi sebagian besar facebook atau para penggunanya yang diistilahkan facebookers, isi atau konten akunnya dikategorikan sebagai “sampah”.

Mengapa demikian? Hal ini didasarkan pada isi para facebookers yang menggunakan akun palsu serta tidak berbobot alias tidak bermutu. Hal ini hampir sama dengan survei yang pernah dirilis tentang penggunaan internet.  Pengguna facebook juga lebih tertarik untuk mencari situs-situs yang tergolong “sampah” dengan porsi terbesar pada soalan pornografi, sara dan sejenisnya.
 Akun facebook di Lintang Empat Lawang  pun,  cenderung berisi hal-hal yang ringan. Artinya, medium tersebut belum dioptimalkan sebagai wahana edukasi atau wahana lain yang lebih menguntungkan, baik secara materi maupun secara nonmateri.

Saya contohkan Group facebook yang memiliki muatan negatif di dalamnya " SIAPO CALON BUPATI EMPAT LAWANG YANG DI SUKAI", group facebook ini beranggotan para simpatisan fanatik dari calon Bupati masing-masing yang di dukung, banyak kata-kata serta hujatan yang  terlontar tanpa etika di komentar-komentar tiap akun. Hal ini karena facebook memiliki karakteristik serba bisa dan serba boleh. Bisa artinya, siapa pun orangnya, apakah ia Pemulung, apakah ia pengusaha, apakah ia pejabat, apakah ia mahasiswa,  bisa menjadi atau mendaftar menjadi anggota di dalam akun ini. Oleh karena itu, siapa pun bisa menjadi pelanggan facebook. Ada yang jualan, ada yang membuat tausiah, ada yang menjadi motivator. Pendek kata, apapun bisa dilakukan di dalam akun ini bergantung pada tujuan yang diingini oleh para facebookers.

Lalu bagaimana kaitannya dengan boleh? Pada sisi inilah yang agak krusial. Setiap yang diunggah di dalam akun facebook seseorang boleh apa saja. Benarkah demikian? Tampaknya ini yang masih perlu diketahui oleh para pengguna facebook. Tidak semua konten boleh diunggah begitu saja. Banyak rambu-rambu yang harus benar-benar dipahami oleh mereka para pengguna jejaring sosial facebook.

Rambu-rambu yang dimaksud tentu saja yang berkaitan dengan norma hukum positif yang ada. Salah satu norma hukum yang perlu dicermati misalnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Keberadaan UU ini memang pernah diperdebatkan terutama saat terjadi kasus pencemaran nama baik sebuah rumah sakit internasional di Jakarta yang diduga dilakukan oleh Prita Mulyasari. Dugaan tersebut dilakukan melalui internet alias curhat by inet. Kasus ini sempat ramai di ranah publik Nasional sehingga pernah muncul advokasi untuk Prita dengana label “Koin untuk Prita” karena yang bersangkutan dinyatakan bersalah dan harus membayar sejumlah denda. Inilah salah satu kasus yang menegaskan bahwa terminologi “boleh” harus tetap dalam batas yang sesuai dengan aturan yang ada. 

Pada dasarnya, teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindari. Akan tetapi, jangan kita lalu diperbudak oleh teknologi. Facebook termasuk salah satu temuan abad ini yang luar biasa. Bahkan konon, sang penemu facebook pernah diusulkan untuk memperoleh hadiah Nobel. Oleh karena itu, pandai-pandailah membawa diri di dalam jejaring sosial ini. Telah banyak kasus yang bersifat pelanggaran baik pidana maupun perdata gara-gara akun facebook ini. Sudah saatnya kita belajar dari pengalaman di tempat lain. Saat ini globalisasi telah merambah ke dalam kamar-kamar kita. Dunia tanpa sekat lagi. Mobilitas informasi bahkan manusia tidak perlu lagi dilakukan secara fisik.

2 komentar: